Google
 

29 November 2007

Teori Merebus Katak


Teori Merebus Katak

Andaikan pada sebuah panci berisi air kita masukkan katak. Lalu panci tersebut kita panaskan di atas kompor secara bertahap. Saat air masih dingin katak diam saja. Kemudian ketika air mulai memanas sedikit demi sedikit, tubuh katak akan melakukan penyesuaian suhu. Memang demikianlah salah satu kekhasan binatang katak, dimana tubuhnya bisa menyesuaikan diri dengan kondisi sekitarnya.

Lama kelamaan saat suhu terus menaik, katak pun merasa kepanasan. Tapi ia bisa terus melakukan penyesuaian suhu. Sampai pada suhu tertentu, dimana tubuhnya tak bisa lagi melakukan penyesuaian, ia merasa kepanasan dan ingin melompat keluar. Namun karena suhu yang sudah tinggi tersebut, kakinya menjadi kepanasan dan tak kuat untuk melompat. Ia menjadi lemah. Sehingga akhirnya saat suhu air dalam panci tersebut sudah demikian tinggi, katak itu pun mati karenanya. Demikianlah analogi teoritis mengenai proses bagaimana seekor katak bisa mati terebus dalam air, karena instink survival berjalan berlawanan dengan instink penyesuaian diri yang berlebihan.

Makna filosofis dari cerita fabel tersebut sering berlaku pula pada manusia. Banyak manusia yang terjatuh pada sebuahkesalahan. Berbuat kesalahan yang fatal berawal dari kesalahan-kesalahan kecil yang dianggap biasa. Atau melakukan proses penyesuian diri atau kompromi yang berlebihan sehingga melupakan rasa mawas diri.

Seorang anak yang sedang bermain-main api, diingatkan oleh ibunya, "Hai nak, janganlah bermain-main api. Terbakar tanganmu
nanti". "Nggak apa kok bu, apinya kecil kok", kata sang anak kecil. Namun seringkali terjadi api kecil jadi membesar dan mencelakakan. Ibu yang sudah puluhan tahun mengalami pengalaman hidup menyadari hal tersebut. Namun anak kecil yang baru beberapa tahun hidup di dunia ini, sering meremehkan hal-hal kecil tersebut.


M Yusuf


Kalau anda melihat Film Documenter peraih Oscar ttg Global Warming yaitu Unconvenient Truth, maka hal itu tergambar jelas, bahkan ada animasi ttg katak yg direbus ini. Pada kondisi yg anda tulis itu,,,satu2nya cara menyelamatkan si Katak adalah mengambilnya sesegera mungkin dari air yg panas tadi. Hal ini akan lain jika katak meloncat ke dalam air yang panas, maka self defense-nya akan memerintahkan dia utk segera angkat kaki dari situasi yg membahayakan dirinya. Teori ini diaplikasikan utk banyak hal spt psikologis, enviroment, economics etc


dr. Kristianto Budi Wibowo


Di Discovery Channel kalau nggak salah juga ada film dokumenter tentang "Quest of Nutrition", yang mengambarkan gaya hidup dan pola makanan hampir di semua tempat dibumi dalam hal hubungan nya dengan kesehatan manusia masa kini dan masa mendatang. Disana juga dibahas bagaimana cara mengatasi / menghindari penyakit degeneratif yang saat ini akan hingap di setiap tubuh seseorang yang kurang memiliki antipasi yang baik dalam menghadapi perubahan bumi yang semakin hari tingkat polusinya semakin tingi.


Ivan Purba


Dari sisi PETA (organisasi yg membela hak asasi kebinatangan) adalah sangat tragis melakukan percobaan dg menyiksa binatang dg memberikannya pilihan utk tetap dimatikan demi kepentingan manusia menunjukan kehebatannya melakukan analisa rekasi cepat lambat dlm kehidupan mahluk hidup.


Dr.(Naturopathy) Ir. Donny Hosea MBA. PhD.


28 November 2007

Vaksin penyebab Autis


Vaksin penyebab Autis

Buat para Pasangan MUDA, oom dan tante yg punya keponakan atau bahkan calon ibu, perlu nih dibaca ttg autisme. Bisa di share kepada yang masih punya anak kecil supaya ber-hati2.
Setelah kesibukan yg menyita waktu, baru sekarang saya bisa dapat waktu luang membaca buku "Children with Starving Brains" karangan Jaquelyn McCandless,MD yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo.
Ternyata buku yang saya beli di toko buku Gramedia seharga Rp. 50,000, itu benar2 membuka mata saya, dan sayang sekali baru terbit setelah anak saya

Joey (27 bln) didiagnosa mengidap Autisme Spectrum Disorder. Bagian satu, bab 3, dari buku itu benar-benar membuat saya menangis. Selama 6 bulan pertama hidupnya (Agustus 2001 - Februari 2002), Joey memperoleh 3 kali suntikan vaksin Hepatitis B, dan 3 kali suntikan vaksin HiB. Menurut buku tersebut (halaman 54 - 55) ternyata 2 macam vaksin yang diterima anak saya dalam 6 bulan pertama hidupnya itu positif mengandung zat pengawet Thimerosal , yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada sejak awal tahun 1990 an. Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sendiri sudah dilarang di Amerika sejak akhir tahun 2001. Alangkah sedihnya saya, anak yang saya tunggu kehadirannya selama 6 tahun, dilahirkan dan divaksinasi di sebuah rumahsakit besar yang bagus, terkenal, dan mahal di Karawaci Tangerang, dengan harapan memperoleh treatment yang terbaik, ternyata malah "diracuni" oleh Mercuri dengan selubung vaksinasi. Beruntung saya masih bisa memberi ASI sampai sekarang, sehingga Joey tidak menderita Autisme yang parah. Tetapi tetap saja, sampai sekarang dia belum bicara , harus diet pantang gluten dan casein, harus terapi ABA, Okupasi, dan nampaknya harus dibarengi dengan diet supplemen yang keseluruhannya sangat besar biayanya .
Melalui e-mail ini saya hanya ingin menghimbau para dokter anak di Indonesia, para pejabat di Departemen Kesehatan, tolonglah baca buku tersebut diatas itu, dan tolong musnahkan semua vaksin yang masih mengandung Thimerosal .
Jangan sampai (dan bukan tidak mungkin sudah terjadi) sisa stok yang tidak habis di Amerika Serikat tersebut diekspor dengan harga murah ke Indonesia dan dikampanyekan sampai ke puskesmas-puskesmas seperti contohnya vaksin Hepatitis B, yang sekarang sedang giat-giatnya dikampanyekan sampai ke pedesaan. Kepada para orang tua dan calon orang tua, marilah kita bersikap proaktif, dan assertif dengan menolak vaksin yang mengandung Thimerosal tersebut, cobalah bernegosiasi dengan dokter anak kita, minta vaksin Hepatitis B dan HiB yang tidak mengandung Thimerosal.

Juga tolong e- mail ini diteruskan kepada mereka yang akan menjadi orang tua, agar tidak mengalami nasib yang sama seperti saya. Sekali lagi, jangan sampai kita kehilangan satu generasi anak-anak penerus bangsa, apalagi jika mereka datang dari keluarga yang berpenghasilan rendah yang untuk makan saja sulit apalagi untuk membiayai biaya terapi supplemen, terapi ABA, Okupasi, dokter ahliAutisme (yang daftar tunggunya sampai berbulan-bulan) , yang besarnya sampai jutaan Rupiah per bulannya.

Terakhir, mohon doanya untuk Joey dan ratusan, bahkan ribuan teman-teman senasibnya di Indonesia yang sekarang sedang berjuang membebaskan diri dari belenggu Autisme.

"Let's share with others... Show them that WE care


Primadhana Astara


MENYIKAPI KONTROVERSI AUTISME DAN IMUNISASI MMR


dr. Widodo Judarwanto, Rumah Sakit Bunda Jakarta dalam waktu terakhir ini kasus penderita autisme tampaknya semakin meningkat pesat. Autisme tampak menjadi seperti epidemi ke berbagai belahan dunia. Dilaporkan terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang cukup tajam di beberapa negara. Keadaan tersebut di atas cukup mencemaskan mengingat sampai saat ini penyebab autisme multifaktorial, masih misterius dan sering menjadi bahan perdebatan diantara para klinisi.


Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.Perdebatan yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan hubungan autisme dengan imunisasi MMR (Mumps, Measles, Rubella). Banyak orang tua menolak imunisasi karena mendapatkan informasi bahwa imunisasi MMR dapat mengakibatkan autisme. Akibatnya anak tidak mendapatkan perlindungan imunisasi untuk menghindari penyakit-penyakit justru yang lebih berbahaya seperti hepatitis B, Difteri, Tetanus, pertusis, TBC dan sebagainya. Banyak penelitian yang dilakukan secara luas ternyata membuktikan bahwa autism tidak berkaitan dengan imunisasi MMR. Tetapi memang terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa Autism dan imunisasi MMR berhubungan.


Imunisasi MMR adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakit Campak, Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian
vaksin MMR biasanya diberikan pada usia anak 16 bulan. Vaksin ini adalah gabungan vaksin hidup yang dilemahkan. Semula vaksin ini ditemukan secara terpisah, tetapi dalam beberapa tahun kemudian digabung menjadi vaksin kombinasi. Kombinasi tersebut terdiri dari virus hidup Campak galur Edmonton atau Schwarz yang telah dilemahkan, Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA 27/3 yang dilemahkan dan Antigen gondongen dari virus hidup galur Jerry Lynn atau Urabe AM-9.


Pendapat yang mendukung autism berkaitan dengan imunisasi :
Terdapat beberapa penelitian dan beberapa kesaksian yang mengungkapkan Autisme mungkin berhubungan dengan imunisasi MMR.
Reaksi imunisasi MMR secara umum ringan, pernah dilaporkan kasus meningoensfalitis pada minggu 3-4 setelah imunisasi di Inggris dan beberapa tempat lainnya. Reaksi klinis yang pernah dilaporkan meliputi kekakuan leher, iritabilitas hebat, kejang, gangguan kesadaran, serangan ketakutan yang tidak beralasan dan tidak dapat dijelaskan, defisit motorik/sensorik, gangguan penglihatan, defisit visual atau bicara yang serupa dengan gejala pada anak autism.


Andrew Wakefielddari Inggris melakukan penelitian terhadap 12 anak, ternyata terdapat gangguan Inflamantory Bowel disesase pada anak autism. Hal ini berkaitan dengan setelah diberikan imunisasi MMR. Bernard Rimland dari Amerika juga mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan autisme. Wakefield dan Montgomery melaporkan adanya virus morbili (campak) dengan autism pada 70 anak dari 90 anak autism dibandingkan dengan 5 anak dari 70 anak yang tidak autism. Hal ini hanya menunjukkan hubungan, belum membuktikan adanya sebab akibat.


Jeane Smith seorang warga negara Amerika bersaksi didepan kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi. Sedangkan beberapa orang tua penderita autisme di Indonesia pun berkesaksian bahwa anaknya terkena autisme setelah diberi imunisasi


Pendapat yang menentang bahwa imunisasi menyebabkan autisme Sedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa MMR tidak mengakibatkan Autisme lebih banyak lagi dan lebih sistematis. Brent Taylor, melakukan penelitian epidemiologik dengan menilai 498 anak dengan Autisme. Didapatkan kesimpulan terjadi kenaikkan tajam penderita autism pada tahun 1979, namun tidak ada peningkatan kasus autism pada tahun 1988 saat MMR mulai digunakan. Didapatkan kesimpulan bahwa kelompok anak yang tidak mendapatkan MMR juga terdapat kenaikkan kasus aurtism yang sama dengan kelompok yang di imunisasi MMR.


Dales dkk seperti yang dikutip dari JAMA (Journal of the American Medical Association) 2001, mengamati anak yang lahir sejak tahun 1980 hingga 1994 di California, sejak tahun 1979 diberikan imunisasi MMR. Menyimpulkan bahwa kenaikkan angka kasus Autism di California, tidak berkaitan dengan mulainya pemberian MMR.


Intitute of medicine, suatu badan yang mengkaji keamanan vaksin telah melakukan kajian yang mendalam antara hubungan Autisme dan MMR. Badan itu melaporkan bahwa secara epidemiologis tidak terdapat hubungan antara MMR dan ASD. The British Journal of General Practice mepublikasikan penelitian De Wilde, pada bulan maret 2001. Meneliti anak dalam 6 bulan setelah imunisasi MMR dibandingkan dengan anak tanpa Autisme. Menyimpulkan tidak terdapat perubahan perilaku anak secara bermakna antara kelompok control dan kasus. Pada jurnal ilmiah Archives of Disease in Childhood, September 2001, The Royal College of Paediatrics and Child Health, menegaskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung adanya hipoteda kaitan imunisasi MMR dan Autisme. Para profesional di bidang kesehatan tidak usah ragu dalam merekomendasikan imunisasi MMR pada pasiennya..


Makela A, Nuorti JP, Peltola H tim peneliti dari Central Hospital Helsinki dan universitas Helsinky Finlandia pada bulan Juli 2002 telah melakukan penelitian terhadap 535.544 anak yang mendapatkan imunisasi MMR sejak 1982 hingga 1986, yang dilakukan pengamatan 3 bulan setelah di Imunisasi. Mereka menyimpulkan bahwa tidak menunjukkan hubungan yang bermakana antara imunisasi MMR dengan penyakit neurologis (persrafan) seperti ensefalitis, aseptik meningitis atau autisme. Kreesten Meldgaard Madsen dkk bulan November 2002,melakukan penelitian sejak tahun 1991 - 1998 terhadap 440.655 anak yang mendapatkan imunisasi MMR. Hasilnya menunjukkan tidak terbukti hipotesis hubungan MMR dan Autisme.


Rekomendasi Intitusi atau Badan Kesehatan Dunia Beberapa institusi atau badan dunia di bidang kesehatan yang independen dan sudah diakui kredibilitasnya juga melakukan kajian ilmiah dan penelitian tentang tidak adanya hubungan imunisasi dan autisme. Dari hasil kajian tersebut, dikeluarkan rekomendasi untuk tenaga profesional untuk tetap menggunakan imunisasi MMR dan thimerosal karena tidak terbukti mengakibatkan Autisme.


The All Party Parliamentary Group on Primary Care and Public Health pada bulan Agustus 2000, menegaskan bahwa MMR aman. Dengan memperhatikan hubungan yang tidak terbukti antara beberapa kondisi seperti inflammatory bowel disease (gangguan pencernaan) dan autisme adalah tidak berdasar.


WHO (World Health Organisation), pada bulan Januari 2001 menyatakan mendukung sepenuhnya penggunaan imunisasi MMR dengan didasarkan kajian tentang keamanan dan efikasinya.


Beberapa institusi dan organisasi kesehatan bergengsi di Inggris termasuk the British Medical Association, Royal College of General Practitioners, Royal College of Nursing, Faculty of Public Health Medicine, United Kingdom Public Health Association, Royal College of Midwives, Community Practitioners and Health Visitors Association, Unison, Sense, Royal Pharmaceutical Society, Public Health Laboratory Service and Medicines Control Agency pada bulan januari tahun 2001 setelah mengadakan pertemuan dengan pemerintahan Inggris mengeluarkan pernyataan bersama yaitu MMR adalah vaksin yang sangat efektif dengan laporan keamanan yang sangat baik. Secara ilmiah sangat aman dan sanagat efektif untuk melindungi anak dari penyakit. Sangat merekomendasikan untuk memberikan MMR terhadap anak dan tanpa menimbulkan resiko.


The Committee on Safety of Medicine (Komite Keamanan Obat) pada bulan Maret 2001, menyatakan bahwa kesimpulan dr Wakefield tentang vaksin MMR terlalu premature. Tidak terdapat sesuatu yang mengkawatirkan. The Scottish Parliament?s Health and Community Care Committee, juga menyatakan pendapat tentang kontroversi yang terjadi, yaitu Berdasarkan pengalaman klinis berbasis bukti, tidak terdapat hubungan secara ilimiah antara MMR dan Autisme atau Crohn disease. Komite tesebut tidak merekomendasikan perubahan program imunisasi yang telah ditetapkan sebelum nya bahwa MMR tetap harus diberikan.


The Irish Parliament?s Joint Committee on Health and Children pada bulan September 2001, melakukan review terhadap beberapa penelitian termasuk presentasi Dr Wakefield yang mengungkapkan AUTISM berhungan dengan MMR. Menyimpulkan tidak ada hubungan antara MMR dan Autisme. Tidak terdapat pengalaman klinis lainnya yang mebuktikan bahan lain di dalam MMR yang lebih aman dibandingkan kombinasi imunisasi. MMR.


The American Academy of Pediatrics (AAP), organisasi profesi dokter anak di Amerika Serikat pada tanggal 12 ? 13 Juni 2000 mengadakan konferensi dengan topik "New Challenges in Childhood Immunizations" di Oak Brook, Illinois Amerika Serikat yang dihadiri para orang tua penderita autisme, pakar imunisasi kesehatan anak dan para peneliti. Pertemuan tersebut merekomendasikan bahwa tidak terdapat huibungan antara MMR dan Autisme. Menyatakan bahwa pemberian imunisasi secara terpisah tidak lebih baik dibandingkan MMR, malahan terjadi keterlambatan imunisasi MMR. Selanjutnya akan dilakukan penelitian lebih jauh tentang penyebab Autisme.


BAGAIMANA SIKAP KITA SEBAIKNYA ?
Bila mendengar dan mengetahui kontroversi tersebut, maka masyarakat awam bahkan beberapa klinisipun jadi bingung. Untuk menyikapinya kita harus cermat dan teliti dan berpikiran lebih jernih. Kalau mengamati beberapa penelitian yang mendukung adanya autisme berhubungan dengan imunisasi, mungkin benar sebagai pemicu. Secara umum penderita autisme sudah mempunyai kelainan genetik (bawaan) dan biologis sejak awal. Hal ini dibuktikan bahwa genetik tertentu sudah hampir dapat diidentifikasi dan penelitian terdapat kelainan otak sebelum dilakukan imunisasi. Kelainan autism ini bisa dipicu oleh bermacam hal seperti imunisasi, alergi makanan, logam berat dan sebagainya. Jadi bukan hanya imunisasi yang dapat memicu timbulnya autisme. Pada sebuah klinik tumbuh kembang anak didapatkan 40 anak dengan autism tetapi semuanya tidak pernah diberikan imunisasi. Hal ini membuktikan bahwa pemicu autisme bukan hanya imunisasi.


Penelitian yang menunjukkan hubungan keterkaitan imunisasi dan autism hanya dilihat dalam satu kelompok kecil (populasi) autism. Secara statistik hal ini hanya menunjukkan hubungan, tidak menunjukkan sebab akibat. Kita juga tidak boleh langsung terpengaruh pada laporan satu atau beberapa kasus, misalnya bila orang tua anak autism berpendapat bahwa anaknya timbul gejala autism setelah imunisasi. Kesimpulan tersebut tidak bisa digeneralisasikan terhadap anak sehat secara umum (populasi lebih luas). Kalau itu terjadi bisa saja kita juga terpengaruh oleh beberapa makanan yang harus dihindari oleh penderita autism juga juga akan dihindari oleh anak sehat lainnya. Jadi logika tersebut harus dicermati dan dimengerti.


Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitan autism dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas, maka kita akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahaya pada anak. Penelitian dalam jumlah besar dan luas secara epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukkan sebab akibat dibandingkan laporan beberapa kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna secara umum. Beberapa institusi atau badan kesehatan dunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskan pemberian imunisasi MMR. Hal ini juga menambah keyakinan kita bahwa memang Imunisasi MMR memang benar aman.


Kontroversi itu terus berlanjut terus, namun kita bisa mengambil hikmah dan jalan yang terbaik anak kita harus imunisasi atau tidak ? Untuk meyakinkan hal tersebut mungkin kita bisa berpedoman pada banyak penelitian yang lebih dipercaya validitasnya secara statistik dengan populasi lebih banyak dan luas yaitu Autisme tidak berhubungan dengan MMRl. Demikian pula kita harus percaya terhadap rekomendasi berbagai badan dunia kesehatan yang independen dan terpercaya setelah dilakukan kajian ilmiah terhadap berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa pakar kesehatan anak di berbagai dunia maju.


Dari beberapa hal tersebut diatas, tampaknya dapat disimpulkan bahwa Imunisasi MMR tidak mengakibatkan Autisme, bila anak kita sehat dan tidak berbakat autisme. Tetapi diduga imunisasi dapat memicu memperberat timbulnya gangguan perilaku pada anak yang sudah mempunya bakat autisme secara genetik sejak lahir.


Tetapi tampaknya teori, penelitian atau pendapat beberapa kasus yang mendukung keterkaitan autisme dengan imunisasi, tidak boleh diabaikan bergitu saja. Meskipun laporan penelitian yang mendukung hubungan Autisme dan imunisasi hanya dalam populasi kecil atau bahkan laporan perkasus anak autisme. Sangatlah bijaksana untuk lebih waspada bila anak kita sudah mulai tampak ditemukan penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak dini, memang sebaiknya untuk mendapatkan imunisasi MMR harus berkonsultasi lebih jelas dahulu dengan dokter anak. Bila anak kita sudah dicurigai ditemukan bakat kelainan Autism sejak dini atau beresiko terjadi autisme, mungkin bisa saja menunda dahulu imunisasi MMR sebelum dipastikan diagnosis Autisme dapat disingkirkan. Meskipun sebenarnya pemicu atau faktor yang memperberat Autisme bukan hanya imunisasi. Dalam hal seperti ini kita harus memahami dengan baik resiko, tanda dan gejala autisme sejak dini.


Tetapi bila anak kita sehat, tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda dini gejala Autisme maka kita tidak perlu kawatir untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Kekawatiran terhadap imunisasi tanpa didasari pemahaman yang baik dan pemikiran yang jernih akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang baru pada anak kita. Dengan menghindari imunisasi maka akan timbul permasalahan baru yang lebih berbahaya dan dapat mengancam jiwa terutama bila anak terkena infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.


Sejak pemberian vaksinasi secara luas di Amerika Serikat, jumlah kasus penyakit pada anak seperti campak dan pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) turun hingga 95% lebih. Imunisasi telah melindungi anak-anak dari penyakit mematikan dan telah menyelamatkan ribuan nyawa. Saat ini beberapa penyakit sangat jarang timbul sehingga para orang tua kadang mempertanyakan apakah vaksinasi masih diperlukan.


Anggapan yang keliru ini hanya salah satu dari kesalahpahaman mengenai imunisasi. Kebenarannya adalah bahwa sebagian besar vaksin mampu mencegah penyakit yang masih ada di dunia, walaupun angka kejadian penyakit tersebut jarang. Vaksinasi masih sangat berperan penting dalam menjaga kesehatan anak. Bacalah lebih lanjut tentang imunisasi secara lebih jelas dalam uraian berikut!
Apa yang terjadi pada tubuh dengan imunisasi


Vaksin bekerja dengan mempersiapkan tubuh anak anda untuk memerangi penyakit. Setiap suntikan imunisasi yang diberikan mengandung kuman mati atau yang dilemahkan, atau bagian darinya, yang menyebabkan penyakit tertentu. Tubuh anak anda akan dilatih untuk memerangi penyakit dengan membuat antibodi yang mengenali bagian-bagian kuman secara spesifik. Kemudian akan timbul respon tubuh yang menetap atau dalam jangka panjang. Jadi, ketika anak terpapar pada penyakit yang sebenarnya, antibodi telah siap pada tempatnya dan tubuh tahu cara memeranginya sehingga anak tidak jatuh sakit. Inilah yang disebut sebagai imunitas (ketahanan tubuh terhadap penyakit tertentu).


Fakta dan mitos


Yang patut disayangkan, beberapa orang tua yang salah mendapatkan informasi mengenai vaksin memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak mereka, akibatnya risiko anak tersebut untuk jatuh sakit lebih besar. Untuk lebih memahami keuntungan dan risiko dari vaksinasi, berikut ini beberapa mitos umum yang ada di masyarakat dan faktanya. Imunisasi akan menimbulkan penyakit yang seharusnya ingin dicegah dengan vaksinasi pada anak saya


Anggapan ini timbul pada beberapa orang tua yang memiliki kekhawatiran besar terhadap vaksin. Adalah suatu hal yang mustahil untuk menderita penyakit dari vaksin yang terbuat dari bakteri atau virus yang telah mati atau bagian dari tubuh bakteri atau virus tersebut. Hanya imunisasi yang mengandung virus hidup yang dilemahkan, seperti vaksin cacar air (varicella) atau vaksin campak, gondong, dan rubela (MMR), yang mungkin dapat memberikan bentuk ringan dari penyakit tersebut pada anak. Namun hal tersebut hampir selalu tidak lebih parah dari sakit yang dialami jika seseorang terinfeksi oleh virus hidup yang sebenarnya. Risiko timbulnya penyakit dari vaksinasi amatlah kecil.


Vaksin dari virus hidup yang tidak lagi digunakan di Amerika Serikat adalah vaksin polio oral (diberikan melalui tetes ke dalam mulut anak). Keberhasilan program vaksinasi memungkinkan untuk mengganti vaksin virus dari virus hidup ke virus yang telah dimatikan yang dikenal sebagai vaksin polio yang diinaktifkan. Perubahan ini secara menyeluruh telah menghapuskan penyakit polio yang ditimbulkan oleh imunisasi di Amerika Serikat. Jika semua anak lain yang berada di sekolah diimunisasi, tidak ada bahaya jika saya tidak mengimunisasi anak saya


Adalah benar bahwa kemungkinan seorang anak untuk menderita penyakit akan rendah jika yang lainnya diimunisasi. Jika satu orang berpikir demikian, kemungkinan orang lain pun akan berpikir hal yang sama. Dan tiap anak yang tidak diimunisasi memberikan satu kesempatan lagi bagi penyakit menular tersebut untuk menyebar. Hal ini pernah terjadi antara tahun 1989 dan 1991 ketika terjadi wabah campak di Amerika Serikat. Perubahan laju imunisasi pada anak pra sekolah mengakibatkan lonjakan tinggi pada jumlah kasus campak, angka kematian, serta jumlah anak dengan kerusakan menetap akibatnya. Hal serupa pernah terjadi di Jepang dan Inggris pada tahun 1970 yaitu wabah pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) yang terjadi saat laju imunisasi menurun.


Walaupun angka laju vaksinasi cukup tinggi di Amerika Serikat, tidak dapat dijamin bahwa anak anda hanya akan kontak dengan orang-orang yang telah divaksinasi, apalagi sekarang banyak orang bepergian dari dan ke luar negeri. Sepeti wabah ensefalitis pada tahun 1999 dari virus West Nile di New York, suatu penyakit dapat menyebar ke belahan bumi lain dengan cepatnya akibat perjalanan internasional. Cara terbaik untuk melindungi anak anda adalah dengan imunisasi. Imunisasi akan memberikan reaksi buruk pada anak saya


Reaksi umum yang paling sering terjadi akibat vaksinasi adalah keadaan yang tidak berbahaya, seperti kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan, demam, dan ruam pada kulit. Walaupun pada kasus yang jarang imunisasi dapat mencetuskan kejang dan reaksi alergi yang berat, risiko untuk terjadinya hal tersebut sangat kecil dibandingkan risiko menderita
penyakit jika seorang anak tidak diimunisasi. Setiap tahunnya jutaan anak telah divaksinasi secara aman, dan hampir semua dari mereka tidak mengalami efek samping yang bermakna.


Sementara itu, penelitian secara terus menerus dilakukan untuk meningkatkan keamanan imunisasi. The American Academy of Pediatrics (AAP) sekarang menganjurkan dokter untuk menggunakan vaksin difteri, tetanus, dan pertusis yang mengandung hanya satu bagian spesifik sel kuman pertusis dibandingkan dengan yang mengandung seluruh bagian sel kuman yang telah mati. Vaksin pertusis yang aselular (DtaP) dikaitkan dengan lebih kecilnya efek samping seperti demam dan kejang.


Baru-baru ini telah disetujui untuk mengganti zat pengawet timerosal dari semua vaksinasi, seperti yang direkomendasikan oleh The Advisory Commitee on Immunization Practice (ACIP), American Academy of Pediatrics, dan United States Public Health Service (USPHS).


Timerosal adalah produk dari etil merkuri dan telah digunakan sebagai pengawet vaksin sejak 1930. Jumlah timerosal yang terkandung dalam vaksin sangat rendah, pada kadar yang tidak berhubungan dengan keracunan merkuri. Namun USPHS sekarang merekomendasikan untuk meminimalkan semua paparan terhadap merkuri, tidak peduli berapapun sedikit kadarnya, hal ini termasuk pula penggunaan termometer kaca yang mengandung merkuri.


Pada tahun 1999, The Centre for Disease Cintrol (CDC) Amerika Serikat menunda penggunaan vaksin baru rotavirus setelah beberapa orang anak menderita sumbatan di usus yang mungkin dicetuskan oleh vaksin tersebut. Walaupun hanya beberapa kasus yang dilaporkan, CDC menghentikan pemberian vaksinasi karena adanya kekhawatiran mengenai keamanannya. Setelah dilakukan penelitian, vaksin rotavirus tidak diberikan lagi.


Ada rumor yang dikuatkan, banyak diantaranya yang diedarkan melalui internet, menghubungkan beberapa vaksin dengan multipel sklerosis, sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS), autisme, dan masalah kesehatan lainnya. Namun beberapa penelitian gagal dalam menunjukkan hubungan antara imunisasi dengan keadaan tersebut. Angka kejadian sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS) telah menurun lebih dari 50% beberapa tahun ini, padahal jumlah vaksin yang diberikan tiap tahun semakin meningkat. Anak saya tidak perlu diiimunisasi karena penyakit tersebut telah dimusnahkan


Penyakit yang jarang atau tidak terjadi lagi di Amerika Serikat, seperti polio dan campak, tetap berkembang di belahan bumi lain. Dokter melanjutkan pemberian vaksin untuk penyakit tersebut karena penyakit tersebut sangat mudah ditularkan melalui kontak dengan penderita melalui perjalanan. Hal tersebut termasuk orang-orang yang mungkin belum diimunisasi masuk ke Amerika Serikat, seperti halnya orang Amerika yang bepergian ke luar negeri.


Jika laju imunisasi menurun, penyakit yang dibawa oleh seseorang yang datang dari negara lain dapat menimbulkan keadaan sakit yang berat pada populasi yang tidak terlindungi dengan imunisasi. Pada tahun 1994 polio telah terbawa dari India ke Kanada, namun tidak menyebar karena banyak masyarakat yang telah diimunisasi. Hanya penyakit yang telah diberantas tuntas dari muka bumi, seperti cacar (smallpox), yang aman untuk dihentikan pemberian vaksinasinya. Anak saya tidak perlu diimunisasi jika ia sehat, aktif, dan makan dengan baik


Vaksinasi dimaksudkan untuk menjaga anak tetap sehat. Karena vaksin bekerja dengan memberi perlindungan tubuh sebelum penyakit menyerang. Jika anda menunda samapi anak anda sakit akan terlambat bagi vaksin untuk bekerja. Waktu yang tepat untuk memberikan imunisasi pada anak anda adalah saat ia dalam keadaan sehat. Imunitas hanya bertahan sebentar


Beberapa vaksin, seperti campak dan pemberian beberapa serial vaksin hepatitis B, dapat menimbulkan kekebalan seumur hidup anda. Vaksin lainnya, seperti tetanus, bertahan sampai beberapa tahun, membutuhkan suntikan ulang dalam periode waktu tertentu (booster) agar dapat terus memberi perlindungan untuk melawan penyakit. Dan beberapa vaksin, seperti pertusis, akan semakin berkurang namun tidak memerlukan suntikan ulang (booster) karena tidak berbahaya pada remaja dan dewasa. Penting untuk menyimpan catatan pemberian suntikan imunisasi anak anda sehingga anda tahu kapan ia membutuhkan suntikan ulang (booster). Fakta bahwa penelitian tentang vaksin masih terus berlanjut dan diperbaiki menunjukkan bahwa pemberiannya belum aman


Pusat pengawas obat dan makanan merupakan badan milik pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengatur tentang vaksin di Amerika Serikat. Bekerja sama dengan CDC dan The National Institutes of Health (NIH) mereka meneruskan penelitian dan memonitor keamanan dan keefektifan pemberian vaksin.


Surat ijin bagi vaksin baru dikeluarkan setelah dilakukan penelitian laboratorium dan percobaan klinis, dan pengawasan keamanan tetap berlanjut walaupun vaksin telah disetujui. Telah dilakukan dan akan terus dilakukan perbaikan (misalnya seperti yang berlaku pada DtaP dan vaksin polio) yang akan meminimalkan efek samping yang mungkin terjadi dan untuk menjamin standar keamanan yang terbaik. Informasi tambahan


Jelaslah bahwa vaksin adalah satu dari alat terbaik yang kita miliki agar anak sehat, namun keberhasilan dan program imunisasi bergantung pada ketersediaan. Anda bisa mendapatkan vaksin dengan harga murah atau gratis melalui klinik kesehatan masyarakat dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), dan pada kampanye vaksinasi anak (misal pekan imunisasi anak).


Anda dapat mengunjungi situs-situs kesehatan lain untuk mengetahui lebih lanjut mengenai vaksinasi. Sumber informasi lainnya adalah dokter anak anda. Bersama, anda dapat menjaga anak anda sehat dan ceria. Salah Paham Mengenai Imunisasi


Timerosal mengakibatkan Autisme


Beberapa ilmuwan telah melemparkan wacana bahwa kandungan merkuri dalam vaksin merupakan penyebab autisme dan anak yang menderita autisme dianjurkan untuk menjalani terapi kelasi (chelation therapy, pemberian zat khusus sebagai upaya "mengikat" merkuri agar tidak dapat bereaksi dengan komponen sel tubuh) untuk detoksifikasi. Beberapa kasus telah dijadikan perkara hukum yang disidangkan dan beberapa pengacara menyebarkan informasi di internet untuk mendapatkan klien. Situasi ini semakin berkembang karena sampai sekarang beberapa vaksin masih mengandung timerosal, zat pengawet yang mengandung merkuri yang tidak digunakan lagi. Ada beberapa alasan mengapa kecemasan mengenai timerosal dalam vaksin sebenarnya merupakan informasi yang menyesatkan:


* Jumlah merkuri yang terkandung sangat kecil
* Tidak ada hubungan merkuri dan autisme yang terbukti
* Tidak ada alasan yang masuk akal untuk mempercayai bahwa autisme terjadi karena sebab keracunan


Timerosal telah digunakan sebagai pengawet pada makhluk hidup dan vaksin sejak tahun 1930 karena dapat mencegah kontaminasi bakteri dan jamur, terutama pada tabung yang digunakan untuk beberapa kali pemakaian. Pada tahun 1999, FDA (Food and Drug Administration) memeriksa catatan bahwa dengan bertambahnya jumlah vaksin yang dianjurkan pada bayi, jumlah total merkuri pada vaksin yang mengandung timerosal dapat melebihi batas yang dianjurkan oleh badan pengawas lain (1). Jumlah merkuri yang ditentukan oleh FDA memiliki batas aman yang lebar, dan belum ada informasi mengenai bayi yang sakit akibatnya. Meski demikian untuk berhati-hati, US Public Health Service dan the American Academy of Pediatrics meminta dokter untuk meminimalkan paparan terhadap vaksin yang mengandung timerosal dan kepada perusahaan pembuat vaksin untuk menghilangkan timerosal dari vaksin sesegera mungkin (2). Pada pertengahan 2000 vaksin hepatitis B dan meningitis bakterial yang bebas timerosal tersedia luas.kombinasi vaksin difteri,pertusis, dan tetanus sekarang juga tersedia tanpa timerosal. Vaksin MMR, cacar air, polio inaktif, dan konjugasi pneumokok tidak pernah mengandung timerosal.


Sebelum adanya pembatasan, paparan maksimal kumulatif merkuri pada anak dalam 6 bulan pertama kehidupan dapat mencapai 187,5 mikrogram (rata-rata 1 mikrogram/hari). Pada formula vaksin yang baru paparan maksimal kumulatif selama 6 bulan pertama kehidupan adalah tidak lebih dari 3 mikrogram (3). Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa batasan maksimal keduanya memiliki efek toksik (keracunan).


Pusat pengawasan dan pencegahan penyakit (CDC) telah membandingkan angka kejadian autisme dengan jumlah timerosal yang ada dalam vaksin. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perubahan relatif angka kejadian antara autisme dengan jumlah timerosal yang diterima anak dalam 6 bulan pertama kehidupan (dari 0-160 mikrogram). Hubungan yang lemah ditemukan antara asupan timerosal dan beberapa kelainan pertumbuhan saraf (seperti gangguan pemusatan perhatian) pada satu penelitian saja, namun tidak terbukti pada penelitian selanjutnya (4). Penelitian lain yang direncanakan sepertinya juga tidak akan menunjukkan hubungan bermakna.


Komite Intitute of Medicine (IOM) yang telah menyebarkan luaskan laporannya pada bulan Oktober 2001 menemukan tidak ada bukti hubungan antara vaksin yang mengandung timerosal dan autisme, ggangguan pemusatan perhatian, keterlambatan bicara dan bahasa, atau kelainan perkembangan saraf lainnya (5)


Penggunaan terapi kelasi untuk penanganan anak yang menderita autisme sama sekali tidak berhubungan.


@This website organized by Yayasan Orang tua Peduli.
Contact us at: Komplek PWR Jl. Taman Margasatwa No. 60 Jati Padang, Ragunan, Jakarta Selatan


rifa kurnia


Mengingat makin simpang siurnya pendapat yang berhubungan antara MMR dan Autisme, maka ketiga anak saya (semua) tidak saya imunisa MMR walaupun DSA nya menganjurkan. Jadi saya hanya mengambil imunisasi standart saja (BCG, DPT 1.2.3 , campak, polio, dan hepatitis B). Dan alhamdulillah sampai saat ini sehat-sehat saja.


Yusuf Sulistianto


Selama kebersihan dan kontaminant terpelihara, dan perkembangan system immun diri terjhadi dg baik, vaccsine tdk diperlukan. Bila memang ragu, tanyakan komposisi vaccine sebelum anda memberikannya; Bila mengandung thymerosal, tolaklah karena itu hak anda tuk tdk meracuni diri anda / putra/putri anda. Sebenarnya penggunaan thymerosal sangat depend on body yg menerimanya, dan tdk terbatas hanya di vaccsine, ada juga di obat mata dlsbnya. Persoalan vaccine, dg demikian tergantung darei tubuh ybs. perlu sebenarnya utk melihat sign tubuh dan kinetik energy tubuh yg menerima atau menolaknya; bila menolak ya tdk perlu dipaksakan, karena tubuh lebih mengerti akan keadaan nya sendiri dibanding org lain; apalagi kalau anak sedang dlm kondisi tdk sehat atau kurang fit, jangan diberikan. Demikian sedikit tambahan yg ada utk mempertegas posting2 sebelumnya mengenai hal ini.


Dr.(Naturopathy) Ir. Donny Hosea MBA. PhD.


27 November 2007

Duri Ikan Di Tenggorokan


Help... barusan saya habis makan ikan bakar.. tanpa sengaja durinya tertelan, dan sekarang nyangkut di tenggorokan,pas saya lihat via kaca ternyata ada duri ikan yg panjangnya -/+ 0,5 cm yg nyangkut dilangit2 tenggorokan diatas sebelah kiri pangkal lidah... Kata temen, dia pernah ngalamin hal yg sama dan sama dokter dikasih semacem obat kumur telan gitu, lalu durinya akan ikut bersama makanan.. saya takut kalo sampai dipoerasi... ada yg bisa bantu? dokter?


Zachary <cute_leeus02@yahoo.com.sg>


Sayang sekali anda tidak mengatakan jenis ikannya dan panjang durinya, tapi memang duri itu harus dikeluarkan. Coba dengan menelan pisang (kira2 ukurannya bisa ditelan oleh anda) dan minum obat pencahar. Selamat mencoba


Irwan Hutapea <hutapea_man@yahoo.com>


Bisa dicoba dengan makan ketan, agak banyak dan jangan terlalu lumat mengunyahnya. Dulu ibu saya pernah mengalami hal yang sama. Setelah makan ketan, alhasil durinya bisa terlepas. Mungkin bisa dicoba, karena durinya masih bisa dilihat dari luar, mungkin menelannya agak diarahkan ke arah durinya. Selamat mencoba dan semoga durinya bisa cepat terlepas.


anita herawati <anita.herawati@yahoo.com>


Coba pak, pakai cara tradisional : telan nasi matang hangat langsung, tanpa kunyah...


Jerry@Graphite[Treo]680 <liemjerry@yahoo.com>


25 November 2007

Benjolan Payudara


Mohon sarannya dari dokter dan rekan2 milis....!!! please..!! istri saya baru-baru ini punya keluhan di sekitar payudaranya ada rasa sakit... nyeri...dan kalau di raba ada semacam benjolan didalamnya....kondisi istri saya saat ini sedang menyusui...balita usia 3 bulan lebih....sempat keluar air susu warnanya berubah agak kekuning-kuningan....agak kemerahan...karena rumah kami dekat dengan bidan ditempat kami saya bawa kesana...dan atas info dari mereka itu..biasa terjadi.....


yang saya heran kenapa kok dulu nggak sakit ya...sewaktu menyusui anak 1 dan 2....kalau itu memang udah biasa terjadi....


mohamad syaiffudin <iffud354@gmail.com>


dear bapak syaifuddin
mungkin ada baiknya bapak sesekali membawa istri anda ke obgyn,karena selain ada benjolan juga ada cairan merah juga ya. kalau memang tidak ada apa2 ya syukur,dan kalau ada sesuatu yang perlu ditangani,akan lebih baik karena datang saat masih dini.


gus Adi <adin27@gmail.com>


Pak,apakah sudah coba sebelum menyusui,payudaranya dikompres dengan air hangat dan dimassage?ini untuk mengendurkan otot-otot payudara yang tegang. Saya juga masih menyusui bayi saya usia 5 bulan.Jika payudara kencang (air susu penuh),biasanya saya massage pelan2.


nevid erlina <neviderlina@yahoo.com>


Dibutuhkan dokter Umum


Salam sejawat,


Kami dari PT. MPS anak perusahaan PT. BLUE DOT,saat ini membutuhkan tenaga dokter praktek mandiri di wilayah Jakarta,Depok dan Bogor untuk dapat kami jadikan mitra untuk pelayanan kesehatan rawat jalan 1 (Outpatient) bagi klien kami. Untuk sementara ini daerah di wilayah Tangerang dan Bekasi sudah mencapai kuota.


Perlu TS ketahui bahwa kami TIDAK MEMUNGUT BIAYA dalam bentuk apapun,tujuan kami adalah menambahkan pasien2 yang menjadi klien kami kepada TS tanpa takut harus kehilangan pasien yang menjadi langganan TS semua. TS akan mendapatkan pasien di wilayah yang dekat dengan tempat praktek TS,jadi singkatnya TS akan mengelola kesehatan yang ada di wilayah tersebut,adapun sistem yang kami lakukan adalah kapitasi.Dan kami didukung oleh sistem Informasi dan Teknologi yang up to date.


Wilayah yang kami inginkan saat ini adalah di wilayah Jakarta Pusat,Barat,Timur,Utara dan Selatan sebagian di Bogor dan Depok hal ini untuk menambah jumlah dokter kami yang sudah ada.


Adapun syarat yang kami perlukan adalah :


1. Alamat dan jam praktek
2. SIP dan masa berlakunya
3. No telp yang bisa dihubungi dengan cepat.


Benefit yang TS dapatkan adalah :


1. Updating ilmu dan skill secara kontinyu (seminar,simposium,pelatihan) bagi TS yang tergabung dalam program ini.
2. Mendapatkan pasien/peserta secara langsung.
3. Mendapatkan penghasilan tambahan.


Mohon kiranya TS dapat merespon email ini.


Enrico Rinaldi <Dr.enrico@gmail.com>


24 November 2007

Daya Ingat Jauh Menurun


Dear dokter_umum,
Perkenalkan, nama saya Leo, tinggal di Bandung. Enam tahun lalu saya masih perokok berat. Saya putuskan untuk tidak merokok karena saya merasa kemampuan otak saya jauh menurun, terutama dari segi kecepatan berpikir. Yang lebih parah adalah sampai-sampai saya tidak lancar bicara. Setelah berhenti merokok saya juga mengkonsumsi Gibolan (katanya memperlancar peredaran darah ke otak) dan saya merasakan ada perbaikan. Setelah 6 tahun berlalu, sekarang saya merasa daya ingat saya sangat kurang. Saya sangat kesulitan menghafalkan naskah baru untuk pidato misalnya atau semacamnya. Sebagai informasi: umur saya sekarang 44 tahun. Mohon bantuannya untuk memulihkan daya ingat yang jauh menurun ini.


Leo M. Silaban <ls2bnu1@yahoo.com>


Sebenarnya anda telah mengetahui jawaban yg tepat. Saatnya menjalankan pola hidup sehat ( Refresh ). Untuk penyembuhan, silahkan cek dulu seberapa parah efek yg anda alami setelah berhenti dr kebiasaan merokok ke laboratorium klinik.


A Pranoto <notoamin@yahoo.co.id>


dear pak leo
ada baiknya menggunakan obat2 yang menambah kekuatan otak,ada juga manfaat yang bisa didapat setelah cek kelaboratorium (mis, kadar Glukosa darah dan kolesterol,karena 2 indikator tersebut banyak mempengaruhi sirkulasi dalam pembuluh darah) jika langkah2 tersebut sudah anda lakukan dan belum ada perbaikan,mungkin perlu sekali waktu anda menjalani pemeriksaan yang lebih teliti yaitu dengan Computerized Tommography kepala ( atau CT Scan kepala), kalau memang tidak ada gangguan di kepala ya sukur,tapi kalau ada gangguan bisa lebih awal dideteksi.
demikian sedikit saran dan masukan,semoga agak membantu


Gus Adi <adin27@gmail.com>


Untuk kasus seperti Pak Leo, pada usia 44 tahun dengan daya ingat yang menurun dan sudah dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari, cobalah segera anda konsultasi ke dokter spesialis saraf atau Neurologist. Perlu di pikirkan apakah itu merupakan suatu gejala awal Alzheimer ?? Semakin dini di deteksi, maka kemungkinan penyembuhannya akan semakin baik.


Lalu perlu di perhatikan, penggunaan GIBOLAN atau sejenisnya yang menggandung extract ginkgo biloba perlu di waspadai, karena dapat menyebabkan perdarahan. Ginkgo biloba bekerja memperlebar pembuluh darah dan dicurigai mempunyai faktor mengencerkan darah sehingga jika sewaktu waktu ada perdarahan, maka akan darah akan sulit membeku ( sulit menghentikan perdarahan).


melly liando <melly_liando@yahoo.com>


Saya hanya ingin membetulkan apa yg anda tulis ttg Ginko bisa menimbulkan perdarahan.


Beghini:
Penggunaan GInko Biloba, perlu diwaspadai utk berbagai kendala sbb:


1. Faktor alergan, dimana pengaruh ginkoside akan membuat ybs merasa pusing, sakit kepala, mual dlsbnya, dan kalau ini terjadi maka, hentikan dg seghera.


2. faktor koagulasi darah: Ginko mempunyai efek utk mengencerkan darah, itulah kenapa kalau ginko digunakan utk memeprbaiki proses distribusi darah ke otak dan kemudian mempunyai efek perbaikan daya ingat, jadi sebenarnya bukan Ginko memeprbaiki otak, tetapi Ginko, mengencerkan darah, dan oleh karena itu, darah lebih baik dan mudah mengalir ke otak, dan kalau zat perbaikan yg dibutuhkan cukup, maka akan terjadi perbaikan otak.


3.Ginko mempengaruhi faktor pembekuan darah, oleh karena itu penggunaan sebenarnya perlu dilakukan dg pengawasan (ini kemudian bertentangan dg pemberitaan bahwa penggunaan suplement adalah aman2 saja alias tdk berbahaya karena natural, dan kemudian anda sekalian bisa melihat bahwa nutrient apa pun perlu dilakukan dg benar dan dg pengawasan). Dg demikian bila ada perdarahan, dan faktor pembekuan darah kurang, artinya darah yg keluar akan ngocor terus dan sukar utk di hentikan.


Dg demikian, Ginko tdk menimbulkan perdarahan, karena kalau statement ini yg di buat berarti Ginko kalau diminum, maka terjadilah atau dimungkinkan terjadinyapecahnya kulit dan pembuluh darah, sehingga ybs, menajdi berdarah2, dan bisa dimana2. Pada hal yg terjadi adalah dg minum Ginko, kemungkinana terjadinya blood thining, darah sukar beku, jadi kalau ada perdarahan di tubuh akan sukar membekukan darah, yg artinya bisa terjadi ngocor terus2an tak henti2nya.


Dg demikian saya perbaiki statement ttg Ginko ini.


So kasus ini sebaiknya disikapi dg menginvestigasi faktor2 perlambatan ingatan yg ada pada ybs, diperbaiki, dan di tingkatkan performancenya. Semoga ada manfaatnya baik bagi member donasi mau pun anggota lainnya.


Dr.(Naturopathy) Ir. Donny Hosea MBA. PhD. <puyuh23@indo.net.id> (Absolutely Drugless Health Care Solution)

23 November 2007

Pengumuman Blog Dokter Umum


halo sahabat,


Saat ini saya telah berhasil meluncurkan sebuah blog yang berisikan arsip dari milis ini. Setiap email yang berlalu lalang di milis ini akan terdokumentasi di blog yang baru. Harapan saya bagi yang malas masuk ke webnya yahoogroups untuk sekedar melihat arsip milis, bisa masuk ke blog ini. Kedepan blog ini akan terus saya sempurnakan.
Alamatnya : http://dokter-umum.blogspot.com/ Silakan beri masukan


I Made Cock Wirawan


Dear dr imcw,


Salut atas upaya dokter untuk menyempurnakan milis ini dengan adanya blog. Semoga banyak membantu dunia kesehatan kita.Terimakasih.


Nevid


Inisiatif mendokumentasikan dalam bentuk blog buat saya itu langkah maju dan patut didukung. Hanya saja memang perlu tim (tidak cukup dikerjakan sendiri). Kenapa? Kalau di blog tulisannya mengikuti gaya model penulisan millist yang acak-acakan pembaca pasti mengerutkan jidat. Penulisan blog memang tidak harus jurnalistik banget, atau harus tunduk pada EYD nasional. Tapi paling tidak dibutuhkan tutur yang runtut, logika berbahasa yang tertata/baik, dengan demikian para penggali ilmu/pembaca tidak dibebani oleh penulisan yang sulit dicerna dalam waktu singkat.


Kalau penulisannya baik, nanti dokumen2 tanya jawab itu bisa dibukukan. dengan demikian lebih banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya.


Mohon maaf jika kurang berkenan. Ini sekadar masukan supaya millist ini semakin maju.


Faiz, bandung


22 November 2007

Saran Pendidikan Kedokteran


Dear's Rekan Dokter di Milist Dokter Umum,
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera,
Saya anggota baru di milist DU ini, nama saya Arland, domisili di Jakarta, usia 42 Kebetulan salah satu putra saya, tahun ini baru saja masuk di FKG Unpad-Bandung, via SPMB.Sebenarnya sebagai orangtua, saya lebih menyukai putra saya masuk di FK, namun karena nasibnya diterima di FKG, ya apa boleh buat. Namun deminkian, putra saya mengatakan bahwa dia menyukai kedua-duanya. Karena keinginan saya adalah FK, dan putra saya juga suka kedua-duanya, saya pernah ngobrol-ngobrol dengan staf sekretariat di Unpad, bahwa bilamana anaknya mampu, masih ada peluang untuk pindah fakultas, dari FKG ke FK. Sekali lagi asalakan anaknya mampu mengikutinya.


Nah, sekarang saya ingin minta saran dan pendapat para dokter disini, mana yang lebih baik, apakah diteruskan saja di FKG apa pindah ke FK Assumsinya, putra saya mampu mengikuti kedua-duanya.


Arland


hello Arland,
Orang tua berkeinginan utk tentunya menyekolahkan anaknya agar menjadi modal bagi kehidupannya dikemudian hari.Sayangnya terkadang kita salah memilih bagi sang anak, yg kemudian berakir dg pindahnya sang anak kejurusan yg lain yg diluara prediksi atau rencana kita.


Salah satu saudara saya yg kebetulan berpendidikan kedokteran medis, dan menajdi guru besar disalah satu perguruan negri terkemuka merencanakan bagi kedua anak laki2nya agar mengikuti jejaknya bersekolah di kedokteran medis, sayangnya sang anak masuk bukan karena berminat dg pelajaran yg ada, tetapi karena takut kehilangan hak2 seperti uang saku dan fasilitas lsbnya. Hasilnya anak 1 kemudian drop out dlm tahun ke3, dan anak 2 pada tahun 1 langsung pindah ke ekonomi. Anak ke2 kini menajdi dosen pada salah satu perguruan swasta diluar kota, mengikuti jejak ayahnya, tetapi jurusanya berbeda sekalipun, sementara sang kakak akirnya juga mengikuti jejak adiknya dan pindah ke ekonomi juga.


Nah dlm ilustrasi ini sebenarnya bukan saya mau mematahkan semangat anda agar patah arang sebelum dibakar, akan tetapi agar jurusan yg dipilih anak sebaiknya adalah jurusan pembelajaran yg memang menjadi minat dari anak itu sendiri.


Kuliah apa pun, akan bisa diikuti dg baik dan tdk asal memenuhi kemauan org tua, dan tdk asal lolos dari ujian, akan membawa pengetahuan yg baik bagi kehidupan nya.


Saya ingat bahwa saya dulu meninggalkan ususl agar saya juga berkuliah di dunia kedokteran medis, dan saya memasuki perkuliahan yg waktu itu disamping lagi trent, juga disenangi saya elctronic Industry, kemudian dlm selanjutnya toh membawa saya ke dunia health care sebagai seorg doctor non conventional medicinal juga.


Jadi pertimbangan pertama adalah, anak senang mengikuti pelajaran, anak senang dg apa yg diperoleh di perkulihan, anak bisa mengikuti dg pengertian yg baik dan benar, anda bisa diuji dan berhasil bukan sekedar lolos.


Kemudian pertimbangan berikutnya adalah, berpa lamakah kuliah tersebut akan dilangsungkan, apakah kita sebagai org tua sanggub atau masih sanggubkah kita membiayai anak2 tersebut, karena walaupun kita sebut sebagai bekal bagi mereka, tetapi ada org tua yg berpikiran baha kalau sekolah ini akan dapat pemasukan ini dan bisa menjamin roi (return of investman)nya dlm sekian tahun, pada hal dlm kenyataan bisa saja sang anak kemudian megalami sedikit hambatan dan akirnya cukup meleset dari perhitungan utk selesai dlm misalnya 5 tahun menjadi 7 tahun, karena faktor2 emosiuonal, keluarga, penghasilan dlsbnya semuanya akan mempengaruhi kesiapan anak dlm berlanjut dg sekolahnya.


Bila semua pertrimbangan ini dipenuhi dg baik dan menjuruskan anak, apalagi lulus testnya, maka jurusan pilihan yg anda tanyakan kemudian baru bisa kita pikirkan sbb:


1. Dokter umum: dokter memilki atau mempelajari ilmu ttg berbagai kondisi manusia dan gangguan serta penyakit yg perlu ditanggulangi oleh sang dokter nantinya ketika siap terjun kemasyarakat, akan tetapi penaganan manusai yg sakit bukan seperti robot, yg sekedar teorienya begini lalu prakteknya demikian, akan teapi ada berbagai faktor didlamnya seperti faktor2 seni penanganan pasien, seni memberikan terapi, seni menjamah sang pasien sehingga mendatangkan damai dan sugesti kesembuhan, yg kalau mau gampangnya disebut sebagai bakatnya ybs dlm menyembuhkan org yg sakit, bila dlm teori snag anak bisa mengikuti, tetapi dlm seni sang anak kurang mampu, maka munghkin jalur kerja yg akan di pilih bisa menjurus kepada jalur sebagai pengajar atau guru, hanya saja lowongan utk ini mungkin cukup terbatas. Bila sang anak berseni utk menagani pasien, maka rejeki sang anak
tentunya akn baik, karena org yg sakit ditangani akan sembuh dg kegembiraan, dan tentu saja mendatangkan rejeki bagi sang anak, dan i i berarti snag anak bisa berpraktek sebagai dokter umum dg pasien yg cukup banyak sehingga hidupnya bisa terjamin. Jadi sebagai dokter ada 2 jalur kerja yg mungkin bisa ditempuh.Jalur lainnya adalah jalur ikatan dinas pada instansi Abri misalnya atau
menjadi kokter perusahan.


2. Dokter Gigi.
membuat gigi meskipun bisa di subkan ke tukang gigi yg berseni, tetapi kemampuan menagani pasien hampir bisa dikatakan hampir sama dg dokter umum, artinya skil anatomi mulut diperlukan lebih dibandingkan dg skjilnya dokter umum. Bagimana seorg doktergigi bisa mendatangkan pasien apa bila hasil buatan giginya ternyata membuat sang apsien kesakitan bila mengunyah makanan? Skil yg alin adalah skil teknik pencabutan yg menurt saya harus berseni dan snagat berpengaruh bila harus mencabut gigi seorg yg mengalami gangguan. salah satu teman saya pernah bercerita bahwa ketika di AD, ia mesti menangani sekian org dibarak utk dicabut giginya tanpa menimbulkan perdarahan dan rasa sakit karena dlm situasi genting, pencabutan bisa dilakukan tanpa harus disuntik pembiusan lokal. Persoalan lainnya adalah peralatan, meskipun dokter juga membutuhkan peralatan periksa, tetapi dokter gigi mutlak memrlukan meja, dan kursi kerja berserta peralatan bor, tambal, dll, yg harganya tentu tdk murah, belum lagi peralatan xraynya, ultrasonicnya dlsbnya, sebagai penunjang operasionalnya sang Drg.Jadi kalau ditinjau dari modal kerja, maka Drg akan lebih besar dari dr.
Kalau dari sisi mpembelajaran dan seni, maka Drg lebih menjurus hanya jauh lebih teliti ttg gigi mulut, tetapi berseni baik dari sisi dekoratifnya, mau pun dari sisi oprak opreknya, semntara dr umum, baru akan dituntut lebih berseni bila mengambil specialisasi bedah misalnya, atau patah tulang misalnya.


So, banyak pendapat bukan nya makin menjruskan tetapi malah membingungkan mungkin ya? jadi kembali pada sianak, dan cerita saya panjang lebar didepan, karena saya juga ingat bahwa istri saya yg masuk kelas dg jumlah 40 org pada akirnya hanya tersisa 2 org saja yg mampu menjadi dokter dg berbagai kendala.


Semoga ini membantu bukan malah membingungkan.


Dr.(Naturopathy) Ir. Donny Hosea MBA. PhD.



Dear Pak Arland,


Saran saya, sebaiknya anda mendengarkan apa keinginan anak anda, bukan saran dari milist ini loh, karena yang menjalani adl anak anda. Basiclly kedua pilihan tsb sama baiknya, hanya seberapa hal yang perlu anda ketahui :


1. Drg perlu invest alat alat yang cukup mahal utk praktek.


2. dokter umum sekarang sudah banyak, jika ingin lebih baik, harus ambil spesialisasi, yang bisa memakan waktu 3 - 5 thn lagi stlh dokter umum dan biaya yang tidak sedikit.


Selain itu jika drg hanya butuh waktu 5 tahun kuliah sedang dokter umum perlu 6 - 7 tahun kuliah.


Semoga bermanfaat.


- dr. melly -


Saran untuk penyakit kanker ( Kanker Paru )


Mau menanyakan.. kerabat saya mengalami gejala pembengkakan pada ujung tangan dan kaki (ujung jari, telapak kaki tampak membesar seperti beri2). Kemudian setiap berubah posisi (berdiri - duduk) terasa lutut linu. Setelah diperiksakan maka itu gejala biasa karena faktor usia (60- an) dan sedikit kurang asupan gizi (memang kerabat saya nafsu makan menurun dan rokoknya seperti kereta api). Kemudian dicoba diperiksakan dengan tes ludah dan CT scan daerah paru. Hasilnya kurang lebih:
- Mediastinum :kelenjar getah bening membesar di daerah subaortik
multipel, diamtere 1-2 cm
- hilus kiri : pembesaran kelenjar getah bening d= 0.5-1cm
- Pleura kiri tampak satu masa padatyang menunjukkan ekstensi sampai hilus kiri& mediasntinum superior kiri. Melekat erat apda pleura dinding ,menyebabkan bagian distal bronkus segmental S-6 berobliterasi, ukuran 5.1x7.4x15 xm
Kenaikan densitas pasca kontras IV tak teratur dari 34.7 HUs,.d 73.5 HU-141HU. pleuara tak menebal, fissura interlobber normal, tak ada efusi pleural. DP/KP sinistra aktif.


Kesan umum : kanker paru tidak ada indikasi ke arah keganasan.


Saat ini kerabat saya nafsu makan terus menurun (kalau makan rasanya asin dan mual).


Mohon petunjuknya apa yang harus dilanjutkan pemeriksaannya mengingat kerabat saya susah sekali untuk diajak melakukan bronskopi, tumor marker, ataupun USG. Apakah hal ini berbahaya apabila hanya bergantung pada obat seperti celestamin dan evion (obat lain hanyalah multivitamin nafsu makan).
Sekarang jalan satu2nya adalah dengan memberikan nutrisi melalui jus (wortel, apel, kiwi,dll) , madu, susu kedelai.


Mochammad Noer Cahyo <merpatipost2001@yahoo.com>


Ada sedikit saran dari saya, mengingat bahwa sakit yang diderita tersebut adalah penyakit yang membutuhkan suatu semangat untuk dapat sembuh krn seseorang begitu mendengar dirinya sakit kanker, otomatis daya tahan tubuh langsung turun, bisa krn sedih, atau menyadari bahwa penyakitnya tidak mungkin sembuh atau menyadari bahwa umurnya pendek. Mesti disadari bahwa segala sesuatu dapat terjadi sesuai dengan pola pikir (mind set). Saya menganjurkan untuk menjalankan hipnoterapi terlebih dahulu, sehingga pola pikir mampu menjadikan dirinya menyadari dapat sembuh, dapat sembuh oleh karena mau memeriksakan diri, mau menjalankan pengobatan, mau makan dan minum untuk tetap hidup,, bersemangat berjuang melawan sakitnya dan yakin ada mujizat bila bersandar pada Tuhan. Mudah2an saran saya dapat membantu. Harapan saya juga nanti kita bisa berdiskusi lebih lanjut.
Sekian dulu dan salam sehat


Ivan <dr_ivan@stephanusnurdin.com>