oleh Ali Reza
John Cotton mengisap rokoknya dalam-dalam lalu menahannya beberapa lama sebelum
menghembuskannya. Matanya menangkap bayang-bayang masa lalu ketika ia masih
mengingat Sam tersayang. Enam bulan lalu sejak pertemuan pertama mereka, saat ia
menjabat tangannya dan menjadi sebuah sentuhan awal yang menggetarkan jiwanya.
Waktu itu masih ada dua Sam di tempat kerjanya, Samantha Lee di bagian keuangan
dan Sam lain yang dicintainya. Keduanya dipanggil Sam. Tapi kemudian mereka
memanggil Lee untuk membedakan salah satunya.
Minggu lalu ia menerima surat perpisahan dari Sam, dan untuk kesekian kalinya ia
membacanya lagi.
Saya mengerti perasaan Anda seperti juga perasaanku. Aku memilih kehidupan
normal bersama orang yang benar-benar kucintai. Tentu aku sayang padamu, John.
Menyayangimu sebagai teman. Aku akan pergi ke Wyoming bersama adik perempuanku.
Ia menutup surat itu dan membaca alamat di bagian belakangnya.
Ketika perbedaan memisahkan orang-orang yang saling mencintai, mereka terpisah
karena memiliki kesamaan. John sadar ia tidak bisa terus menerus menyembunyikan
hubungan mereka di antara teman-teman mereka.
John merupakan seorang pria sendiri di awal empat puluh tahun, tubuhnya tegap
dan berwibawa. Tidak ada wanita yang tidak menyukainya di pandangan pertama.
Kepribadiannya membuat siapa saja menyenanginya. Tapi ia seorang pria yang rapuh
di hadapan Sam, serapuh oak tua di musim kemarau. Jika Sam mengatakan padanya
bahwa ia akan menikah di bulan Maret, maka jatuhlah seluruh air matanya seperti
seorang perempuan.
Ia memutuskan terbang menuju Wyoming di bulan September dengan perasaan tak
menentu. Untuk Sam, ia membawa hadiah di dalam tas baggy-nya berupa buku
pertemanan edisi lama yang bisa menenangkan pikirannya. Sam menyukai buku itu.
Dalam perjalanan dengan taksi, ia berkisah panjang lebar tentang kekasihnya pada
supir taksi. Tapi supir taksi tidak terlihat ramah dan lebih suka memejamkan
mata ketimbang mendengarnya.
"Ini tempatnya" kata supir taksi senang mengakhiri perjalanannya dengannya
"Terima kasih" balas John
John berjalan ke Mateo's untuk menelpon. Ia memutar nomor Sam yang masih
disimpan dalam catatan kecilnya. Ia belum siap mendengar suara Sam, tidak juga
siap bertemu dengannya. Tapi seseorang sedang menjawab teleponnya ketika ia
hampir menutupnya. Suara itu masih terdengar lembut.
Maafkan aku menyusulmu sejauh ini. Kauingat? Kau pernah bercerita banyak tentang
rumahmu dan keluargamu. Aku ingin melihat mereka jika kau tidak keberatan. Lalu
sayup-sayup terdengar suara seorang perempuan memanggil Sam.
"Adikmu?"
Hari itu sedikit mendung, angin membawa daun-daun beterbangan bersama plastik
dan kertas-kertas, John melangkah dengan perasaan berdebar-debar. Hanya lima
menit menuju rumah kecil Sam dari Mateo's dan ia menemukan sebuah rumah kecil
bercat putih dengan Sam tersayang berada di atas tangga.
Sam tersenyum kecil. Beberapa waktu lalu Sam sering menceritakan padanya
tentang rumahnya beserta taman dan ayunan yang dibuatnya sendiri. Namun
gambarannya berbeda ketika ia datang melihatnya.
"Tidak ada ayunan?"
Sam tersenyum. "Tidak"
John menyodorkan tangannya, tapi Sam tidak berharap John memeluknya. Mereka
saling menatap selama beberapa detik tanpa ingin mengucapkan sesuatu satu dengan
yang lain.
Pintu rumah terbuka, seorang perempuan muda cantik melangkah keluar dan berdiri
di sebelah Sam, tangannya bersandar di bahunya. Ia pasti Lily, adik Sam seperti
yang pernah diceritakannya beberapa waktu lalu, pikir John.
"John, Ini Sarah. Istriku"
Dan John memperkenalkan dirinya pada Sarah sebagai John Cotton kawan lama
suaminya sewaktu di New York. Ia tidak menyerahkan buku pertemanan itu pada Sam,
melainkan pada Sarah sebagai tanda pertemanan barunya.
"Sam menyukai ini"
Sarah membukanya dan mendapatkan sebuah buku bersampul indah dengan sebuah kartu
ucapan di atasnya, lalu membaca tulisan di kartu itu untuk Sam.
Untuk Samuel H. Simmon.
Persahabatan selamanya.
John J. Cotton.
Sangat menyentuh, ucap Sarah, mengagumi persahabatan mereka. Tangan kanannya
membelai perutnya yang membesar. Kelak ketika anaknya lahir dan bicara, sang
anak sudah memiliki seorang paman yang baik dan ia akan memanggilnya sebagai
paman John.
Dan untuk terakhir kalinya John memberikan senyum untuk Sam, untuk kisah cinta
mereka di masa lalu dan untuk mengakhiri kisah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar