Google
 

28 Desember 2010

[Dokter Umum] 1,9 jt ibu RT terancam tertular HIV

 

sumber : detikhealth.com

Jakarta, Ada hampir 3,2 juta laki-laki di Indonesia suka 'jajan' dan lebih dari
50 persen diantaranya adalah pria menikah. Ini membuat ada sekitar 1,9 juta ibu
rumah tangga yang terancam tertular HIV/AIDS.

Hal tersebut disampaikan oleh dr HM Subuh,MPPM, Direktur Pengendalian Penyakit
Menular Langsung, Ditjen PP&PL, dalam acara Dialog Interaktif tentang Gender dan
HIV/AIDS di Gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa (28/12/2010).

Kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS lebih banyak disebabkan karena
ketimpangan gender yang berdampak pada ketidakmampuan perempuan mengontrol
perilaku seksual dari suami, serta kurangnya akses terhadap pelayanan pengobatan
HIV/AIDS.

Selain itu, kurangnya pemahaman 'konsep gender' dalam keluarga membuat posisi
tawar perempuan sangat rendah dalam pengambilan berbagai keputusan, termasuk
aspek kesehatan dan kesehatan reproduksinya.

Berdasarkan data Kemenkes 2009, populasi yang rawan tertular HIV adalah 3,17
juta laki-laki yang suka membeli jasa seks komersil, 214 ribu orang PSK (penjaja
seks komersil) dan 1.938.650 istri atau pasangan tetap.

Dan kasus AIDS yang telah tercatat, ada 604 orang PSK dan 1.970 orang adalah ibu
rumah tangga.

"Di Indonesia jumlah perempuan yang terdeteksi virus HIV akan terus meningkat,
karena penyebab utama penularan HIV di Indonesia melalui hubungan
heteroseksual," jelas Staf Ahli Menkes Bidang Perlindungan Faktor Risiko
Kesehatan, dr R Triono Soendoro,Ph.D.

Menurut dr Triono, hal tersebut sangat fatal karena akan memicu penyebaran
infeksi HIV kepada pasangan atau istri.

"Stigma masyarakat selama ini menganggap bahwa HIV/AIDS hanya dialami perempuan
penjaja seks komersil (PSK) tidak benar, karena perempuan yang tidak berperilaku
berisiko juga dapat terinfeksi HIV yang ditularkan suami yang suka 'jajan',"
ujar dr Triono.

Menurut dr Triono, kesetaraan gender dalam keluarga dan masyarakat dapat
mengeliminasi kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS.

Bila kesetaraan gender terjadi antara laki-laki dan perempuan, maka perempuan
dapat membuat keputusan sendiri mengenai aktivitas seksualitasnya.

"Banyak perempuan menjadi rentan karena perilaku berisiko dari orang-orang
terdekatnya. Disinilah pentingnya meningkatkan 'bargaining power' (posisi tawar)
seorang perempuan, sehingga mampu mandiri dalam memutuskan hak-hak
reproduksinya," kata dr Triono.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
[ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.web.id ]
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: