Keren...
Penjelasannya komplit...
Kayak habis kampanye aja ya, abis menang mikirnya bagaimana mengembalikan biaya kampanye ... Begitu juga dikedokteran ... Habis kuliah mikirnya bagaimana mengembalikan biaya kuliah kedokteran yang mahal .... Yah gak ada salahnya sih. Yang penting jangan sampai malpraktek, kesian pasiennya ... And kalau ngasih resep jangan kasih obat pesenan merek tertentu, yang manjur aja dan TERJANGKAU...
--- Pada Jum, 3/6/11, Dr.(Naturopathy) Ir. Donny Hosea MBA. PhD <puyuh23@indo.net.id> menulis:
Dari: Dr.(Naturopathy) Ir. Donny Hosea MBA. PhD <puyuh23@indo.net.id>
Judul: Re: [Dokter Umum] Tolong bantu dong... [ O O T ]
Kepada: dokter_umum@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 3 Juni, 2011, 11:43 AM
Hello,
Beberapa sisi yg tentu perlu utk di pikirkan sbb:
1. sisi pengusaha:
Dlm hal ini baik RS, atau pun managerial, maka sesedikit mungkin
melakukan pembayaran dg sebanyak mungkin memasukan penghasilan adalah
pola yg dicari sehingga mendatangkan profit sebesar2nya.
Jadi dlm hal ini bila ada dokter bergaji tetap atau honorer, yg bisa
merangkap n melaksanakan semua operasional dg dana yg dibayarkan ke
dokternya sesedikit mungkin, maka tentu akan baik buat perusahaan tersebut.
Jadi satu dokter dg bekerja 32 jam sehari (walau Tuhan hanya menyediakan
24 jam sehari dg pergantian terbit tenggelamnya matahari merupakan
patokan waktu) tentu akan mengurangi pengeluaran gaji tetap bagi bebrapa
dokter sekaligus, walau mungkin melanggar hak asasi n peraturan ketenaga
kerjaan maupun kepengelolaan kerja RS.
2. Sisi Patient:
Patient yg dirawat tentu memerlukan dokter yg mempunyai pikiran yg
sehat, tdk dlm tekanan, kemampuan berpikir yg sehata n analisis utk
menganalisa kondisi patient n menentukan protokol maupun tindakan
perbaikan macam mana yg mesti dilakukan agar kondisi tubuh pateient
menajdi bertambah sehat bukan bertambah buruk, baik dg cara interference
obat maupun tindakan lainya, jadi yg dibutuhkan bukan robot tapi dokter
yg manusia dg pikiran manusia n kemanusiaan yg berpikir secara manusia
bukan robot atau komputer dg memperhatikan seluruh aspek manusiawinya
manusia.
Dlm hal ini analisis yg dilakukan bukan dg cara:
If, then, yes or no, if then, yes or no, result, tapi
if as data, measure as data, conditions as data, what if as data, while
all data blend to anfis of the body will result what happened, then the
diagnose will then come into what action to perform health work.
Nah dg orientation yg demikian, tentu saya dokter yg sehat, dokter yg
segar,m dokter yg memeliki otak yg penuh oksigen yg dapat melakukan
pekerjaan dg baik n benar, bukan sekedar sop yg sering justru dibenarkan
walau membunuh sang patient.
3. Sisi Patient ttg RS.
Menurut patient, RS adalah tempat dimana ia bisa percaya bahwa dg
mempercayakan tubuhnya agar dirawat di RS tersebut, tubuhnya bertambah
sehat, bukan sekedar mengikuti SOP dg analisa If, then, yes or no, if
then, yes or no, result,
Jadi bukan sekedar gejala anu pakai obat anu, walau tubuh menolak tetap
saja tancap karena sdh sesuai SOP walau salah analisa diagnosa yg
dilakukan oleh dokter yg tdk segar.
4. Dari sisi dokternya:
Dokter adalah manusia dg pengetahuan yg diajarkan agar bisa
memperhatikan gejala yg di tampakan patient nya, mengorek berbagai
aspek, melakukan berbahgai pengukuran n akirnya bisa sampai pada suatu
kesimpulan ttg gangguan yg ditampakan oleh patient tersebut.
Nah bagaimana dokter bisa mengingat bila oksigen diotak dokter kurang
akibat kelelhan yg amat sangat dg bekerja sebagai robot dlm pemenuhan
waktu dlm targeting baik finasial maupun pembebanan tugas nya.
Bagaimana mungkin sang dokter bisa berpikir bila dlm melangkah saja sdh
menjadi sukar akibat gangguan keseimbangan karena kurangnya waktu
istirahat n pemicuan akselerasi energy agar tertampak sehat n bisa
melakukan tugasnya?
Dokter adalah manusia yg mengikuti alur waktu matahari terbit n terbenam
dlm kurun waktu 24 jam, dimana cicadian tubuh juga mengikuti alur
tersebut, jadi ada waktu makan, minum, tidur, bangun, dll, yg semuanya
berguna bagi tubuhnya sendiri.
Dg demikian dokter bukan robotik yg diprogram dg sekuense If, then, yes
or no, if then, yes or no, result, sama seperti saya mengunjungi dokter
ahli mata yg setelah memsukan calon patient ke berbagai mesin pengukur
lalu muncul pertanyaan, jadi kapan mau dioperasi? walau mungkin sang
patien memiliki kendala lainya yg perlu diperhatikan semitsal kelaianan
enzym yg nantinya akan mempengaruhi pola kesembuhan ybs.
Dokter dlm contoh ini hanya menerapkan pola robotik yg pokoknya hanya
melihat dg kaca mata kuda bahwa patientnya datang utk operasi mata, maka
yg diperiksa matanya nya, salahnya dimana tanpa melihat hal2 lainya yg
mempengaruhi, kenapa terjadinya.
Banyak dokter yg setelah mengeluarkan uang utk kuliah yg mahal lalu
bekerja sebagai mesin uang utk mengembalikan pengeluaran tadi (ROI), n
oleh karena itu mumpung masih muda, bisa dong bekerja sebanyak2nya agar
mengumpulkan sebanyak2nya uang, pada hala ini hard worker bukan smart
worker n tdk jarang hasilnya mematikan patient di RS tetapi karena SOP
dinyatakan tdk salah.
5. Sisi aturan:
Aturan dibuat utk mengatur n menangkal supaya perjalanan operasional tdk
menjadi terhambat, akan tetapi selalu perturan baru muncul setelah ada
kesalahan, karena yg membuat peraturan pada umumnya tdk terlibat n
memikirkan efek peraturan maupun kejadian lapangan yg terjadi, sehingga
terjadilah kondisi peraturan yg bisa tumpang tindih n mungkin tdk
menjawab permasalahan yg timbul semitsal persoalan anda ini.
Jadi kalau kembali menilik bebrapa sisi diatas, akan sangat tergantung
dari sang dokter sendiri sebagai manusia yg akan melakukan atau ujung
tombak analisa diagnosa sebagai dokter umum, apakah cukup sehat, segar,
bisa berpikir sehat, tau diri kah bahwa hasil pekerjaanya adalah utk
menyelamatkan nyawa seorg atau banyak org yg mempercayakan dirinya utk
diselamatkan karena gangguan organ tubuh maupun penyakit dlm kondisi
tubuhnya sebagi dokter sebagaimana tersebut?
Bila merasa nyaman n sanggub, ya silahkan saja, karena penyesalan pada
umumnya datangnya terlambat setelah salah, tetapi bila sdh salah n masih
melakukankanya artinya sengaja n ingat yg dipermainkan adalah nyawa
manusia sesama nya sendiri.
Jadi dasar apa yg kuat?
Tentu saja adalah kemanusiaan, kah asasi n hak utk hidup tdk dlm
tekanan, anda bisa minta ke human right bila permenkes atau di dinkes
setempat tdk ada, kareena mengatur org utk hanya bekerja 8 jam sehari
juga melanggar hak asasi ybs, yg tentunya mempunyai alsan utk bekerja
lebih banyak agar mendapatkan uang lebih banyak bagi dirinya sendiri.
Semoga bermanfaat,
Sallam,
PS. kalau tdk salah didlam modul A dokter kelaurga disinggung ttg hal ini
On 5/30/2011 4:44 PM, dwisrirejeki@gmail.com wrote:
> Saya mau sharing aja ma temen2 dokter umum di milis ini, apa kah yang harus dokter umum lakukan jika jam kerja 32 jam dalam sehari? Misalnya: masuk kerja seperti biasa jam 8 pg s/d 16, bila jaga malam lanjut dan plgnya bsk sore jam 4, besoknya lagi masuk lg jam 8 pg, kalau jaga seperti itu seterus nya. Yg saya mohon bantu apakah temen2 ada dasar yg kuat ttg jkam kerja seperti itu? Terutama dokter umum? Trus sebaiknya gmn?? Mhn pencerahannya
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> ------------------------------------
>
> [ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.web.id ]Yahoo! Groups Links
>
--
"Absolutely Drug less Health Care solution Organization"
------------------------------------
[ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.web.id ]Yahoo! Groups Links
[Non-text portions of this message have been removed]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar