Hello,
Bagus2, justru yg saya pertanyakan: " kenapa harus org dg title tertentu
yg boleh jawab? pada hal kupasanya masuk akal sehat n secara ilmu
pengetahuan sangat menjelaskan ?"
seperti kalimat Novi:
===========================
Novin Aliyah12 July 2012 01:54
Maaf, kalo boleh tau, basic pendidikan Anda apa ya? Apakah dari
Spesialis Radiologi jg ato bukan? krn tulisan Anda tidak jelas & akurat
untuk mendeskriditkan dokter spesialis bidangnya yg menawarkan Terapi yg
Anda katakan "Brain Wash", Mohon jika akan mengcounter pilihan
masyarakat yg Anda katakan tidak tepat, berikan kami penjelasan yg lugas
& tampilkan keprofesionalitasan Anda jika memang Anda ahli medis bidang
radiologi, supaya kami (yg awam) dapat menentukan pilihan kami dengan
lebih bijak. Terima Kasih
============================
Saya juga menambahkan bahwa:
Mungkinkah pikiran saya ini penting?
jadi walaupun di bodohi, sebaiknya kalau bukan ahli (walau pun bisa
berlogika menemukan apa yg terjadi, jangan coba2 mengcounter sampai pada
kondisi nantinya setelah jatuh korban baru boleh begitu?)
Apakah yg dikemukakan Ahsan merupakan hal yg tdk jelas n tdk akurat?
pada hal menurut saya sangat jelas karena penggunaan 2 jenis obat yg
menghilangkan faktor pembekluan darah n yg mengecerkan darah bila
digambungkan maka akan timbul efek yg sangat berbahaya bagi tubuh
termasuk perdarahan pada seluruh tubuh.
Apalagi pola pemberian, dosage, n berbagai faktor tdk jelas karena rahasia?
Jadi disinilah keberadaanya dokter_umum, kita tdk perlu profesi
dibesar2kan, pengkotak2an, karena pengetahuan milik semua org, n org yg
belajar duluan akan menjadi yg lebih pintar dari yg belajarnya belakangan.
Disinilah tempat kita belajar n mengajar agar ke arogansi kita bisa
menurun demi nilai keselamatan hidup umat manusia yg lebih tinggi dari
segala keahlian yg meskipun perlu tetapi bukan hanya itu, sehingga tdk
pernah atau jangan pernah mengatakan yg penting sdh sesuai prosedural,
jadi walaupun mencelakakan kehidupan manusia tdk mengapa?? karena belum
ada evident base?
Shalom Aleikhem, (salamu alaikum), (salam dalam damai / damai beserta mu)
PS. pernyatan ini:
(tentu bukan karena "brain wash"-nya, tapi karena natural recovery)
Sangat setuju dg tambahan: natural recovery yg sesuai dg tubuh ybs.
On 2/12/2013 11:30 PM, Adhi Nurcahyo wrote:
> Saya dokter umum biasa di perusahaan tertentu , yang tertarik dgn kebohongan brainwash, berdasarkan pasien yg pernah melakukan bahkan meninggal yang beberapa diantaranya adalah pasien perusahaan saya. Bila anda ingin mengkritisi tentang brainwash, dan karena kita sama sama awam, ada baiknya anda bertanya ke spesialis saraf, bedah saraf, penyakit dalam, tidak perlu mengkonfrontir saya karena saya hanya mencoba utk mengajukan suatu fakta yg terjadi.
>
> Bila anda ada waktu, silahkan klik, web resmi yg menarik ini , dan web ini official legal dari profesi neurologi intervensi :
>
> www..tentangstroke.com
> Brainwash ( lagi........- terakhir )
> oleh : Firdaus Sani, SpS,FINS
>
> Begitu banyaknya keluhan pasien akan tidak bermanfaatnya "brain wash" akhir akhir ini pada kasus neurologi (saraf), menggelitik kita semua untuk memberikan dan meluruskan "kesalah-kaprahan" ini. Keluhan itu mulai dari "tidak berubah"-nya kelumpuhan pasien setelah tindakan, sampai penyakit-penyakit lain yang tidak ada hubungannya sama sekali juga dilakukan "brain wash", seperti vertigo perifer dan nyeri kepala semacam migrain, bahkan saraf kejepit pun di brainwash. Modusnya sangat mudah, pada pasien stroke, dijanjikan pemulihan yang luar biasa setelah tindakan (sebagaimana dimuat dalam majalah Tempo dan bisa diakses online). Pada pasien non-stroke, diberikan info bahwa nanti akan terjadi stroke dan kelumpuhan. Pasien dengan stroke yang membaik (tentu bukan karena "brain wash"-nya, tapi karena natural recovery) diundang untuk seminar awam, dan diberikan waktu untuk melakukan testimoni.
> Keluhan yang lebih menyedihkan berasal dari seorang pasien tidak mampu, karena keinginan sembuhnya demikian besar, dengan berharap dapat beraktivitas normal kembali, pasien dan keluarga rela berhutang untuk tindakan "brain wash" yang tidak murah. Setelah tindakan "brainwash" mereka kembali kontrol ke Rumah Sakit pemerintah dengan menggunakan jaminan untuk masyarakat miskin (Jamkesda/Jamkesmas), dan mengeluhkan pada dokter saraf di rumah sakit tersebut bahwa tidak ada perbaikan pada stroke- nya, dan hutangnya juga belum terbayar.
> Jauh lebih menyedihkan, beberapa kolega dokter, baik suaminya maupun orang tuanya juga dilakukan tindakan "brain wash" dengan tanpa meminta "second opinion" pada dokter spesialis saraf lainnya. Mereka baru menyadari setelah tindakan itu dilakukan, bahwa "brain wash" tidak memberikan manfaat.
> Sekedar mengingatkan kembali, bahwa "brain wash" yang diklaim sebagai tindakan terapeutik adalah tindakan diagnostik semata. Obat-obatan yang di klaim sebagai "pencuci" adalah heparin yang memang lazim digunakan, bukan hanya untuk tindakan neurointervensi, namun juga cardiointervensi. Modus terakhir yang memprihatinkan, yang dilakukan beberapa sejawat yang melakukan brainwash adalah menyuntikkan LMWH (low molecular weight heparin) setelah tindakan, ini sebagai pengganti heparin, karena takut akan efek sampaing perdarahnnya, sedangkan yang diinjeksikan pada saat prosedur "brain wash" hanyalah cairan fisiologis (Normal saline 0,9%) yang biasanya dipakai untuk infus intravena.
> Adanya "brain wash" di Indonesia telah menjadi pergunjingan di luar negeri. Sekali lagi, tidak satupun senter neurointervensi dunia yang merekomendasikan pengobatan semacam ini. Kerja keras para peneliti untuk mencari pengobatan stroke yang sangat efektif ternyata hanya diterjemahkan secara sederhana oleh dokter yang tidak menggeluti stroke.
> Bagi keluarga yang memiliki pasien stroke,apabila ada penawaran tentang "brain wash" ini, sebaiknya berhati-hati dan berkonsultasi terlebih dahulu serta mencari pendapat dari dokter lainnya, . Informasi ini mungkin bisa bermanfaat sebagai penyeimbang (counter discourse), disaat "brainwash" terus di kampanyekan tiada henti, meskipun sama sekali tidak memiliki dasar ilmiah kuat. "Brain wash" tak ubahnya sebuah pengobatan alternatif yang hanya menjanjikan banyak manfaat, sayangnya dilakukan oleh dokter spesialis yang menempuh pendidikan kedokteran formal.
>
> Posted by Fritz Sumantri USMAN Sr at 21:44 No comments:
>
> Saturday, 28 April 2012
> STROKE : CUCI OTAK ("Brain Wash"), BENARKAH BERMANFAAT ?
> oleh : Firdaus Sani SpS,FINS / Fritz S. Usman SpS,FINS
> Kalau kita googling dengan password "cuci otak," maka akan muncul dari majalah T**** tulisan pada halaman Kesehatan sebagai berikut :
>
> Sehat dengan Cuci Otak. Telah dikembangkan teknik cuci otak . Pasien stroke menahun dan lumpuh bisa kembali jalan.Jika dibuka artikelnya, ada pengantar sebagai berikut (artikel lengkap tidak bisa diakses) :Potongan lagu lawas Terlambat Sudah itu dinyanyikan Benny Panjaitan, dengan sedikit modifikasi, di atas ranjang rumah sakit. Suaranya lepas. Wajahnya cerah. Mengenakan kaus-T putih dan celana pendek hitam, vokalis grup Panbers, itu tak lelah mengumbar senyum. "Saya bahagia sekali karena sudah bisa mengeluarkan suara yang asli," kata Benny saat ditemui T**** di Paviliun K******, RS***, Selasa pekan lalu. Maklum, sejak dia mengalami stroke-pembuluh darah di otak kanannya pecah-Juni tahun lalu, suaranya tak bisa bebas keluar. "Mau keluarkan suara, tapi tertahan. Kesal," kata pria 64 tahun ini. (T**** 27 Juni 2011).Tak ayal, berita ini menyebar secara luas, informasi ini dibaca oleh kalangan awam maupun dokter. Bagi kalangan medis, informasi ini menjadi tanda tanya besar, benar
> kah pengobatan pasien stroke dengan cuci otak ini begitu hebatnya ? namun mengapa hanya ada di Indonesia dan tidak pernah dirilis dalam jurnal-jurnal ilmiah ? Bagi kalangan awam yang memiliki keluarga dengan stroke, ini merupakan angin segar, mereka segera mencari informasi atau bahkan langsung datang ke tempat bersangkutan.Berdasarkan informasi yang menyebar dalam beberapa mailing list, dokter yang melakukan prosedur "brain wash" ini menggunakan Heparin dan Integrilin (Eptifibatide) dalam prosedur cerebral DSA. Prosedur DSA dengan menggunakan heparin jamak dilakukan diseluruh belahan dunia, interventionist menggunakan dosis antara 3000-5000 U (40-60 U/kg). Sedangkan Eptifibatide adalah antiplatelet injeksi semacam Abciximab dan Tirofiban, dan memang banyak laporan diberikan untuk kasus stroke akut.Bagaimana sesungguhnya pengobatan a la "Brain wash" ini dari sudut pandang dunia kedokteran, neurologi dan neurointervensi ?Telah disebutkan, bahwa penggunaan heparin dalam dunia
> neurointervensi merupakan sesuatu yang rutin dilakukan, hal ini dikarenakan saat tindakan dokter menggunakan kateter dan guidewire serte material lainnya (sesuai penyakit pasien) kedalam pembuluh darah. Heparin biasanya diberikan berupa flushing pada awal prosedur diagnostic, dan dapat dilanjutkan dengan continous infusion (heparinized saline) pada prosedur intervensi terapeutik. Sedangkan penggunaannya bersama antiplatelet injeksi secara bersamaan diberikan oleh operator dalam kondisi yang sangat khusus, biasanya pada kasus emergensi, misalnya terjadi komplikasi trombosis berulang saat tindakan dilakukan. Penggunaan kombinasi heparin dan antiplatelet injeksi tidak diberikan secara rutin dalam prosedur neurointervensi. Penggunaan kombinasi kedua obat ini pada prosedur intervensi dilaporkan memiliki komplikasi perdarahan intracranial ( perdarahan di dalam kepala ) yang fatal (Qureshi et.al, Journal Stroke 2002). Namun penggunaan masing-masing obat ini tanpa dikombinasi memb
> erikan manfaat pada pasien.Kutipan dari majalah Tempo diatas perlu dilihat kembali dengan dasar ilmiah yang memadai. Kutipan bahwa dengan "brain wash" pasien stroke menahun dan lumpuh bisa berjalan kembali adalah menyesatkan. Ditambah lagi ungkapan bahwa Benny Panjaitan mengalami stroke berupa pecahnya pembuluh darah otak sebelah kanan. Apabila faktanya memang demikian (karena apa yang sesungguhnya dilakukan pada "brain wash" tidak pernah dipublikasikan secara ilmiah), ada beberapa hal yang perlu diluruskan. Pertama, pemberian heparin dan antiplatelet injeksi tidak dapat mengobati stroke yang sudah lama terjadi, apalagi megembalikan kelumpuhan. Heparin dan antiplatelet bekerja untuk mencegah terjadinya penyumbatan baru, bukan menghancurkan penyumbatan pada pembuluh darah. Jadi sifatnya preventif bukan kuratif. Kedua, penggunaannya pada kasus stroke perdarahan tidak pada tempatnya, kombinasi keduanya malah akan meningkatkan resiko perdaran otak, apa yang terjadi pada Benny Pa
> njaitan mungkin hanyalah tindakan cerebral DSA (digital substraction angiography) rutin yang biasa dilakukan untuk mengetahui kelainan/ penyebab dari perdarahannya.Namun, apapun, adanya isu ini harus disikapi secara bijak. Memang dalam dunia kedokteran selalu ada inovasi-inovasi yang terus dikembangkan untuk kepentingan perbaikan kualitas hidup, tetapi tetaplah inovasi itu dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Tanpa mengikuti kaidah ilmiah, pengobatan baru yang dianggap fenomenal tidak ubahnya seperti pengobatan "alternatif" yang banyak beredar di masyarakat ataupun pengobatan coba coba atau yang biasa kita sebut eksperimental.Diakui atau tidak, pengobatan stroke masih merupakan tantangan bagi dunia kedokteran. Banyak sekali neuro-intervensionist dunia yang saat ini konsen pada penatalaksanaan penyakit ini. Belum ada satupun laporan (setidaknya sampai saat ini) mengenai efektifitas kombinasi terapi diatas ( heparin + eptifibatide ) unt
> uk stroke, yang ada justru laporan negatif tentang efek sampingnya. Tulisan ini setidaknya dapat memberikan tambahan informasi bagi siapapun yang ingin mengetahui bagaimana sesungguhnya "brain wash" yang fenomenal itu, terutama bagi masyarakat, yang awam akan dunia kedokteran.
>
> Ditambah lagi , terapi brainwash ini tidak ada dalam standar pelaksanaan prosedur untuk stroke , di Seluruh Dunia, yang artinya apa , artinya bahwa terapi ini keamanan dan manfaatnya belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah , dimana dasar ilmiah adalah dasar yang paling penting untuk pertanggungjawaban seorang tenaga medis tersumpah pada saat menerapi pasien pasiennya.
> Posted by Fritz Sumantri USMAN Sr at 21:00
>
>
> semoga anda tidak bertanya tanya lagi tentang latar pendidikan saya, yg baru dokter umum namun msh memakai logika dan nalar dalam menyikapi perilaku oknum dokter yg kelakuannya tidak jelas, terima kasih
>
> Adhi Nurcahyo, dr.,MARS
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
> ------------------------------------
>
> [ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.com ]Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
--
We care human as human not as sickness object --
"Absolutely Drug less Health Care solution Organization"
------------------------------------
[ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.com ]Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
dokter_umum-digest@yahoogroups.com
dokter_umum-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
dokter_umum-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
12 Februari 2013
Re: Bls: Re: [Dokter Umum] terapi brainwash untuk stroke hanyalah penipuan
Diposting oleh imcw di 23.00
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar