Sangat bagus....info yg sungguh menarik. Jadi selama ini ???? Sungguh
TER LA LUUU........
On 7/6/09, jimmy <jimmy@epsindo.co.id> wrote:
> Ibu Baru Digoda oleh Perusahaan Susu Formula Secara 'Ilegal'
>
>
> By Erfi Nizar <http://aimi-asi.org/author/erfi/> on April 26th, 2009
>
> diterjemahkan dari artikel di Jakarta Post tgl. 21 Agustus 2008.
> <http://www.thejakartapost.com/news/2008/08/21/new-mothers-039illegally039-lured-formula-milk-companies.html>
>
> Wilson baru saja melewati ulang tahun pertamanya akhir pekan yang lalu dan
> ibunya tidak hanya sibuk untuk menyiapkan pestanya tapi juga sibuk meladeni
> pemasar produsen susu formula.
>
>
> "Saya mendapat telpon dari dua perusahaan susu formula dan telah dikirimi
> contoh susu formula dari salah satu perusahaan tersebut. Saya rasa ini
> disebabkan karena sudah saatnya Wilson mengganti susu formulanya," kata
> ibunya Wilson, Melvin.
>
> "Saya melahirkan melalui operasi caesar. Setelah lahir, perawat membawa bayi
> saya kepada saya . dan kami mencoba untuk memberikan ASI kepadanya tapi
> tidak setetes pun ASI yang keluar. Jadi perawat tersebut menanyakan jika
> saya mau memberikan susu formula untuk bayi saya," katanya.
>
> Ibu tersebut menerima saran tersebut walaupun dia bisa saja memilih untuk
> tetap memberikan ASI.
>
> "Saya diberitahu bahwa ASI lebih baik tapi produksi ASI saya tidak
> mencukupi. Saya rasa tidak ada masalah dengan susu formula. Sejauh ini anak
> saya sehat," katanya.
>
> Reni Ningsih, ibu dari anak berusia 3 tahun dan sedang hamil 6 bulan,
> menceritakan hal yang sama.
>
> Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa perusahaan susu formula tersebut
> telah melanggar peraturan internasional dalam memasarkan produk mereka, atau
> bahwa para praktisi kesehatan seharusnya memberikan semangat kepada mereka
> untuk memberikan ASI sesuai yang tertulis pada SK menteri tahun 2004 tentang
> menyusui.
>
> Perusahaan susu formula tidak diijinkan untuk menghubungi para ibu, dan
> perawat diharuskan untuk mempromosikan pemberian ASI sebagaimana diatur
> dalam regulasi WHA (World Health Assembly) tahun 1981 tentang pemasaran susu
> pengganti ASI.
>
> Regulasi tersebut menyatakan bahwa semua rumah sakit dan tempat umum tidak
> boleh mempromosikan materi susu pengganti ASI. Dan, acara yang mengikut
> sertakan bayi tidak boleh memasang sponsor dari merek apa pun.
>
> "Pelanggaran ini telah terjadi selama bertahun-tahun. Tidak banyak perubahan
> yang dilakukan semenjak kami mengeluarkan pamflet tentang pelanggaran ini di
> tahun 2006," kata Sri Sukotjo, ahli gizi dari United Nations Children's Fund
> (UNICEF).
>
> Beliau juga mengatakan bahwa banyak rumah sakit yang masih menampilkan atau
> mempromosikan produk dalam bentuk poster, kotak tisu, jam dinding, timbangan
> dan tag nama bayi.
>
> Beberapa perusahaan mendistribusikan pamflet di acara anak-anak, sementara
> banyak dari acara tersebut seringnya diselenggarakan atau disponsori oleh
> perusahan susu formula.
>
> Kepala kesehatan dan gizi Unicef di Indonesia, Anne H. Vincent, bulan lalu
> mengatakan bahwa pemasaran susu formula yang sangat agresif dan dapat
> membuat para ibu beralih dari kegiatan menyusui langsung ke penggunaan botol
> susu.
>
> Menurut data dari pemerintah, rata-rata nasional pemberian ASI turun menjadi
> 32.4 persen di tahun 2007 dari 42.4 persen 10 tahun yang lalu. Sedangkan
> rata-rata pemberian botol meningkat menjadi 27.9 persen dari 21.1 di periode
> yang sama.
> Pemerintah juga telah berusaha untuk membatasi perusahaan pemasaran melalui
> SK menteri pada tahun 1997 tentang pemasaran susu formula. Tetapi RUU
> terbaru tentang susu pengganti ASI telah terlantar selama tiga tahun tanpa
> kejelasan status, tambah Anne.
>
> Walikota Jakarta Pusat, Sylviana Murni, mengatakan pemerintah, yang tidak
> mendapat hukuman untuk tidak mengikuti peraturan ini, masih mendistribusikan
> informasi tentang ASI.
>
> "Memang telah ada penurunan. Kami telah mensirkulasikan surat yang
> mengharapkan pengurangan eksposur, terutama di rumah sakit," katanya
>
> "Kampanye tentang pemberian ASI sebenarnya sangat intens, seperti pada
> kampanye anti merokok. Tetapi orang masih merokok walaupun perusahaan rokok
> telah menyatakan bahwa merokok berbahaya," kata Sylviana.
>
>
> Tidak hanya ibu-ibu yang dibombardir oleh iklan, tetapi juga beberapa rumah
> sakit yang dianggap tidak mendukung kegiatan menyusui walaupun telah
> didorong oleh pemerintah.
>
> Mia Sutanto, ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), mengatakan
> dokternya menyarankan untuk memberikan bayinya (sekarang berumur 4 tahun)
> susu formula dan menakutinya dengan mengatakan bahwa berat bayinya akan
> berkurang jika tidak diberikan susu formula.
>
> "Tapi sebenarnya bayi baru lahir dapat bertahan hidup tanpa cairan selama 48
> jam dan berkurangnya berat badan merupakan hal normal bagi mereka," katanya.
>
> Mia mengatakan bahwa para ibu harus mengerjakan PR mereka agar tetap yakin
> untuk memberikan ASI dan mencari rumah sakit yang mendukung keputusan ini.
>
> "Praktek standar rumah sakit tidak mendukung kegiatan menyusui. Beberapa
> dokter segan untuk melakukannya. Tanpa dukungan yang mencukupi dari para
> dokter, rumah sakit dan keluarga, beberapa ibu akan merasa kesulitan untuk
> menyusui," katanya.
>
> dr. Utami Roesli dari Sentra Laktasi Indonesia mengatakan bahwa kampanye
> untuk kegiatan menyusui ini ditujukan kepada kegagalan dari tenaga
> kesehatan, bukan ke para ibu.
>
> "Para ibu yang tidak menyusui jangan merasa bersalah, karena itu akan tambah
> menyulitkan mereka untuk menyusui," kata beliau.
>
> "Ayah memerankan peranan penting. Sekarang, menyusui tidak hanya antara ibu
> dan anak tapi juga dengan ayah," katanya. (mri)
> <http://aimi-asi.org/2009/04/ibu-baru-digoda-oleh-perusahaan-susu-formula-secara-ilegal/>
>
>
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
--
Best regard
~ACHA
~
sent from STRAWBERRY-CASING™ phone
------------------------------------
[ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.com ]Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:dokter_umum-digest@yahoogroups.com
mailto:dokter_umum-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
dokter_umum-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar