Google
 

05 Juni 2009

Re: Bls: [Dokter Umum] [ O O T ]Komplain atas pelayanan RS malah masuk penjara

Prita juga MANUSIA..
Dokter juga MANUSIA...

Jadilah pergunakanlah status TERSEBUT..

On Jun 5, 2009, at 5:52 AM, Ernawati Suryadi wrote:

>
>
> kasihan ya....
> Padahal penderita pasti butuh second opinion untuk penyakit yang
> dideritanya. Bagaimana negara bisa maju kalau rakyatnya rendah
> dalam menjaga kesehatan.
>
> ________________________________
> Dari: dewi puspasari <dewi_st3@yahoo.com>
> Kepada: dokter_umum@yahoogroups.com
> Terkirim: Selasa, 2 Juni, 2009 15:11:50
> Topik: [Dokter Umum] [ O O T ]Komplain atas pelayanan RS malah
> masuk penjara
>
> Masih inget dengan Prita,
> seorang Ibu yang mencurahkan perasaan via email ke beberapa
> rekannya tentang kurang bagusnya pelayanan di sebuah RS International.
>
> Akibat email tsb, sang ibu ini masuk penjara dan tidak menyusui
> anaknya. Tuduhannya pencemaran nama baik.
>
> Berikut dibawah ini..
> yang dianggap dari milis sebelah, sebagai tulisan prita.
>
> Bagaimana tanggapan dari para pemerhati medis dan para medis.??
>
> ** binggung, dari mana sisi pencemaran nama baiknya ya..***Â
> ____________ _________ _________ __
>
> Dewi Puspasari
> Mobile Phone  : +628156231670
> E-mail/YM/FS/ FB: dewi_st3@yahoo. com
>
> ____________ _________ _________ __
>
> ----- Forwarded Message ----
> From: juliana charmy <july_purplerose@ yahoo.com>
> To: Chic-ersTalk@ yahoogroups. com
> Sent: Tuesday, June 2, 2009 12:39:57 PM
> Subject: Re: [Chic-ersTalk] OMNI BATAVIA
>
> Walah akhirnya dipenjara yahh,Mba..soalnya sempet ada di koran
> Kompas wkt itu, ternyata separah itu yahh >.<
> Btw, ini isi emailnya :
>
> From:prita mulyasari [mailto:prita. mulyasari@ yahoo.com]
> Sent: Friday, August 15, 2008 3:51 PM
> To: customer_care@ banksinarmas. com; hendra.goenawan@
> banksinarmas. com; Hendra Goenawan; mario pasla; Lesthya theresa;
> Lucy Juliana Sapri; Andri Nugroho; Anton Ferdiansyah; ADI ATMANTO;
> Adia Adithiya Pradithama; Cindy Robertha; Credit Card Supervisor;
> Yusuf Centerix; dekkyharyanto@ yahoo.com; kakak gue; Setiawan
> Diana; Johan; Nadhya Budhiman; Renny Rosanna; Vanty Valentina
> Subject: Penipuan OMNI Iternational Hospital Alam Sutera Tangerang
> Â
> Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia
> lainnya, terutama anak-anak, lansia dan bayi.
> Bila anda berobat, berhati-hatilah dengan kemewahan RS dan title
> International karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter
> maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat dan suntikan.
> Â
> Saya tidak mengatakan semua RS International seperti ini tapi saya
> mengalami kejadian ini di RS Omni International.
> Â
> Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB, saya dengan kondisi
> panas tinggi dan pusing kepala, datang ke RS. OMNI Intl dengan
> percaya bahwa RS tersebut berstandard International, yang tentunya
> pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.
> Â
> Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan
> hasilnya 39 derajat. Â Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan
> hasilnya adalah thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya
> adalah 200.000, saya diinformasikan dan ditangani oleh dr. Indah
> (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. Â Dr. Indah melakukan
> pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan
> hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000. Â Dr. Indah
> menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan tapi saya
> meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS
> ini. Â Lalu referensi dr. Indah adalah dr. Henky. Â Dr. Henky
> memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan
> dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.
> Â
> Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan
> atau ijin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa.
> Â Keesokan pagi, dr.Henky visit saya dan menginformasikan bahwa ada
> revisi hasil lab semalam bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa
> dilakukan revisi?), saya kaget tapi dr. Henky terus memberikan
> instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam
> suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa ijin pasien atau keluarga
> pasien. Â Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan
> tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam
> berdarah. Â Saya sangat kuatir karena dirumah saya memiliki 2 anak
> yang masih batita jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang
> RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya
> ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.
> Â
> Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang
> setiap suntik tidak ada keterangan apapun dari suster perawat, dan
> setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang
> memuaskan, lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter
> dan pasien harus menerimanya. Â Satu box lemari pasien penuh dengan
> infus dan suntikan disertai banyak ampul.
> Â
> Tangan kiri saya mulai membengkak, saya minta dihentikan infus dan
> suntikan dan minta ketemu dengan dr. Henky namun dokter tidak
> datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Â Lama kelamaan suhu
> badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter
> pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa, setelah dicek
> dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr. Henky saja.
> Â
> Esoknya dr. Henky datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke
> suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi, saya tanyakan ke
> dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena
> virus udara. Â Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah tapi
> dr. Henky tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara.
> Â Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali
> diberikan suntikan yang sakit sekali.
> Â
> Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya
> terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter
> jaga datang namun hanya berkata menunggu dr. Henky saja. Â Jadi
> malam itu saya masih dalam kondisi infus padahal tangan kanan saya
> pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya.
> Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak
> dilakukan suntikan dan obat-obatan.
> Â
> Esoknya saya dan keluarga menuntut dr. Henky untuk ketemu dengan
> kami namun janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Â
> Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr. Henky mengenai
> sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi
> 181..000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya
> belum pernah terjadi.
> Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata
> kiri saya.
> Â
> Dr, Henky tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan, dokter
> tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan
> obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Â
> Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr. Henky
> bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang
> seharusnya saya bisa rawat jalan saja. Â Dr. Henky menyalahkan
> bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.
> Â
> Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga
> mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat namun saya
> tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Â
> Tapi saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya
> dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.
> Â
> Dalam catatan medis, diberikan keterangan bahwa BAB saya lancar
> padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak
> ada follow upnya samasekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah
> hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.
> Â
> Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun
> sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan
> yang tercetak adalah 181.000, kepala lab saat itu adalah dr. Mimi
> dan setelah saya complaint dan marah-marah, dokter tersebut
> mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen
> Omni maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang
> memegang hasil lab tersebut.
> Â
> Saya mengajukan complaint tertulis ke Manajemen Omni dan diterima
> oleh Ogi (customer service coordinator) dan saya minta tanda
> terima. Â Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan
> complaint, saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan
> staff Ogi yang tidak ada service nya sama sekali ke customer
> melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima
> pengajuan complaint tertulis.
> Â
> Dalam kondisi sakit, saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen,
> atas nama Ogi (customer service coordinator) dan dr. Grace
> (customer service manager) dan diminta memberikan keterangan
> kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya.
> Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat
> pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah
> 27.000 bukan 181.000 makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini
> padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.
> Â
> Tanggapan dr. Grace yang katanya adalah penanggung jawab masalah
> complaint saya ini tidak profesional samasekali. Â Tidak menanggapi
> complaint dengan baik, dia mengelak bahwa lab telah memberikan
> hasil lab 27.000 sesuai dr. Mimi informasikan ke saya. Â Saya minta
> duduk bareng antara lab, Manajemen dan dr. Henky namun tidak bisa
> dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan
> berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.
> Â
> Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi
> saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini
> menular, menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit
> gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak, kalau kena
> orang dewasa yang ke laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan
> ke pankreas dan kista. Â Saya lemas mendengarnya dan benar-benar
> marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa
> sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam
> dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas.
> Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan
> memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga
> terjadi sesak napas.
> Â
> Suami saya datang kembali ke RS Omni menagiih surat hasil lab
> 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak
> jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke
> rumah saya. Â Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai
> jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat
> tersebut. Â Saya telepon dr. Grace sebagai penanggung jawab
> compaint dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke
> rumah saya namun sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum
> ada juga yang datang kerumah saya. Â Kembali saya telepon dr. Grace
> dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas
> nama Rukiah, ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali,
> dirumah saya tidak ada nama Rukiah, saya minta disebutkan alamat
> jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu
> yang lama. Â Logikanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas
> surat tertujunya kemana kan ? makanya saya
> sebut
> Manajemen Omni PEMBOHONG BESAR semua. Â Hati-hati dengan permainan
> mereka yang mempermainkan nyawa orang.
> Terutama dr. Grace dan Ogi, tidak ada sopan santun dan etika
> mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard
> International yang RS ini cantum.
> Â
> Saya bilang ke dr. Grace, akan datang ke Omni untuk mengambil surat
> tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke
> resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit
> hati kami, pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas
> ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab
> awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan
> diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin
> memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.
> Â
> Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? karena
> saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada
> atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap. Â
> Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya
> adalah hasil lab saya 27.000 adalah FIKTIF dan yang sebenarnya saya
> tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas
> dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung
> tertangani dengan baik.
> Â
> Saya dirugikan secara kesehatan, mungkin dikarenakan biaya RS ini
> dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi
> saya semaksimal mungkin tapi RS ini tidak memperdulikan efek dari
> keserakahan ini.
> Â
> Ogi menyarankan saya bertemiu dengan direktur operasional RS Omni
> (dr. Bina) namun saya dan suami saya terlalu lelah mengikuti
> permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan
> dirawat di RS lain.
> Â
> Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya
> yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan
> saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini
> membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.
> Â
> Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-
> masing, benar.... tapi apabila nyawa manusia dipermainkan oleh
> sebuah RS yang dpercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan
> sungguh mengecewakan, semoga Allah memberikan hati nurani ke
> Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka
> juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga
> sakit dan membutuhkan medis, mudah-mudahan tidak terjadi seperti
> yang saya alami di RS Omni ini.
> Â
> Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah
> karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni, tolong sampaikan ke
> dr. Grace, dr. Henky, dr. Mimi dan Ogi bahwa jangan sampai
> pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda.
> Â
> Saya informasikan juga dr. Henky praktek di RSCM juga, saya tidak
> mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis
> dari dokter ini.
> Â
> salam,
> Â
> Prita MulyasariÂ
>
> --- On Tue, 6/2/09, wiwi soeparto <wiwi.soeparto@ gmail.com> wrote:
>
> From: wiwi soeparto <wiwi.soeparto@ gmail.com>
> Subject: [Chic-ersTalk] OMNI BATAVIA
> To: chic-erstalk@ yahoogroups. com, womenradio@yahoogro ups.com
> Cc: jumatno@mncnetworks .com
> Date: Tuesday, June 2, 2009, 1:21 AM
>
> GUYS... TOLONGÂ DONG CARI TAU E MAIL APA YANG DI TULIS PRITA KE 10
> TEMENNYA SOAL KASUS RS OMNI BATAVIA ALAM SUTRA.
> GARA-GARA DIA TULIS EMAIL ITU TRUS DIA DI ADUIN KE POLISI KASUS
> PENCEMARAN NAMA BAIK. SKR DIA DIPENJARA…….
> KALO ADA TOLONG SUPAYA DI SHARE YA???
> THX...
>
> CHEERS,
> WIWI
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!
> http://id.answers.yahoo.com
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>

[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

[ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.com ]Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:dokter_umum-digest@yahoogroups.com
mailto:dokter_umum-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
dokter_umum-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: