Google
 

27 Juli 2009

Re: [Dokter Umum] BRONCHOSCOPY

kalau menurut cerita di blogspot  dibawah ini, di RS Mitra International Jantinegara

Bronchoscopy & Fluoroscopy

Ruang praktek dr Menaldi di RS Mitra International Jatinegara cukup nyaman bagiku. Berbeda dengan beberapa rumah sakit yang kukunjungi sebelumnya, ruang praktek beliau berukuran cukup luas. Selain ruang tunggu yang terletak didepan ruang praktek, sebuah pintu lain menghubungkan ruang praktek dengan ruang tamu pribadi. Di ruang praktek selain meja kerja berukuran besar, rak setinggi plafon dengan berbagai asesori menghias dinding. Perlengkapan ruang periksa bersekat tirai putih terbilang standar, dengan meja periksa setinggi pinggang, timbangan sekaligus pengukur tinggi badan dan pengukur tensi. Pemeriksaan diawali dengan memeriksa tekanan darah, yang ternyata cukup tingi. Tekanan darahku yang agak tinggi memang sudah terdeteksi sejak pemeriksaan awal dulu, tetapi tidak begitu kuhiraukan. Akupun dirujuk ke spesialis jantung untuk menormalkan dulu tekanan darahku, karena bronchoscopy tidak dapat dilakukan jika tekanan darah terlalu tinggi. Sambil menunggu jadwal tindakan, aku diberi norvask untuk menurunkan tekanan darah. Tiga hari berlalu, akupun kembali ke RS untuk dilakukan bronchoscopy. Itulah pertama kali dalam hidupku aku masuk ruang operasi. Karena aku masih bisa beraktifitas seperti biasa, akupun melenggang masuk, walau suster menyediakan kursi roda untukku. Berbagai peralatan yang kulihat disana, membuatku kecut. Degup jantungku bertambah kencang. Aku dipersilahkan naik ke meja operasi berupa lempengan stainless steel persegi empat panjang dengan berbagai alat penyesuai ketinggian, kemiringan dan entah apa lagi. Ruang ber AC yang sangat dingin menurut ukuranku, ditambah meja logam membuatku kadang menggigil kedinginan (sebenarnya plus ketakutan). Sambil mempersiapkanku dokter anestesi memperkenalkan diri, dr Sany (mirip judul lagunya BCL yang sedang top saat itu). Paramedis yang bertugas disitu dengan cekatan memasang jarum infus, memeriksa tensi, test alergi obat, dan test pembekuan darah. Ah kenapa harus ada test pembekuan darah? akankah tindakan yang dilakukan nanti menyebabkan pendarahan?. Hatiku semakin kecut. Karena persiapan tindakan memakan waktu cukup lama, dr Menaldi menjelaskan berbagai peralatan yang ada disana. Meja operasi bersebelahan dengan alat mirip rontgent yang lensanya dipasang tepat diatas dadaku, namanya Fluoroscope, alat berbasis rotgent untuk menuntun dokter dalam melakukan tindakan. Fluoroscope dilengkapi monitor monochrome, dimana dokter dapat memantau bagian dalam tubuh kita. Dengan memanfaatkan kamera rontgent yang dipancarkan terus menerus dan tayangannya dapat dilihat langsung (real time), maka dokter dapat memantau berbagai tindakan yang dilakukannya. Disisi lain terpajang berbagai peralatan elektronik dengan dua monitor, yang merupakan bagian dari alat Bronchoscopy. Monitor berwarna ini terhubung dengan lensa berukuran kecil yang terpasang diujung bronchoscope. Dengan memasukkan bronchoscope ke paru melalui mulut, dokter dapat melihat bagian dalam paru, dan bila diperlukan mengambil sampel jaringan. Rupanya pengambilan jaringan inilah yang kemungkinan akan menyebabkan pendarahan. Diujung jari tengahku terpasang alat pemantau detak jantung yang terhubung ke sebuah monitor mirip osciloscope dengan bunyi khas mengikuti ritme jantungku. Sebelum bronchoscope dimasukkan, kerongkongan dibuat kebas terlebih dahulu, dengan menyemprotkan obat yang terasa seperti mint. Itulah saat terakhir aku sadar, karena setelah itu dokter anestesi memberi tahu bahwa dia mulai memasukkan obat bius melalui jarum infus. Dalam hitungan detik, kesadaranku memudar hingga akhirnya benar-benar tertidur. Ketika tersadar aku sudah terbaring di tempat tidur, yang diletakkan didepan kamar operasi. Tak lama kemudian dokter menghampiriku dan memberi penjelasan bahwa tindakan kali itu gagal. Tensiku naik, dan dalam tidurku aku gelisah (bergerak-gerak) sehingga menyulitkan dokter dalam memasukkan bronchoscope ke paruku. Tekanan darah yang tinggi juga dikhawatirkan akan menyebabkan pendarahan berlebihan pada proses biopsy (pengambilan jaringan). Sementara rasa nyeri di dada kiri bagian atas semakin terasa jenis penyakitku belum juga dapat dipastikan.
By

Triyono pada jam 18:46

--- On Mon, 7/27/09, yulian kamil <yuliankml@yahoo.com> wrote:

From: yulian kamil <yuliankml@yahoo.com>
Subject: [Dokter Umum] BRONCHOSCOPY
To: "dokter_umum@yahoogroups.com" <dokter_umum@yahoogroups.com>
Date: Monday, July 27, 2009, 5:42 AM


 



Dokter Yth..

juga Teman-Teman sekalian..

RS yang punya alat brochoscopy di mana ya? Untuk penyakit paru. Anak teman saya berumur 6 bulan memerlukan alat tsb.

Mendesak nih, RSCM dan RS besar lainya tidak punya. Masa harus ke Singapore?

Yulian

flexi 021 33545481

[Non-text portions of this message have been removed]









[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

[ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.com ]Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:dokter_umum-digest@yahoogroups.com
mailto:dokter_umum-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
dokter_umum-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: