Dear rr milis yth,
Terimakasih atas perhatian dan tanggapannya atas thread ini. Saya percaya msh begitu banyak dokter yg baik dan sungguh" menjunjung kode etik profesi. Yg contoh di atas hanyalah oknum.
Menurut hemat saya, jika ditemukan kasus spt ini apakah dlm hal ini IDI akan melakukan investigasi ataupun tindaklanjut agar jgn sampai jatuh korban? Setahu saya praktek spt ini sdh lama terjadi dan terus berlanjut tanpa ada yg bisa mencegah. Apa yg dpt dilakukan oleh asosiasi profesi utk melindungi hak pasien secara umum? Lalu ke mana hrs dilaporkan, dgn bukti apa? Kalau terjadi malpraktek, si oknum dokter akan mudah mengelak krn tdk ada bukti otentik berupa resep.
Demikian disampaikan. Tq
Best Regards,
Fredy K
Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message-----
From: melly liando <melly_liando@yahoo.com>
Sender: dokter_umum@yahoogroups.com
Date: Sun, 7 Nov 2010 19:52:56
To: <dokter_umum@yahoogroups.com>
Reply-To: dokter_umum@yahoogroups.com
Subject: Re: [Dokter Umum] sharing: dokter atau tukang jual obat?
Dear pak Fredy dan anggota milist,
Saya sebagai dokter prihatin akan berita seperti cerita ttg dr. BS ini.
Saya menilai beliau adl type dokter yang memanfaatkan keilmuannya dan ketidak
tahuan pasiennya dalam prakteknya utk mencari untung dari obat-obatan yang
diberikan tanpa merk.
Seharusnya ada keterbukaan dalam hubungan dokter dan pasien selama konsultasi
dan terapi dilakukan.
Dokter berkewajiban menjelaskan diagnosa dan terapi apa yang akan di dapat oleh
pasien karena itu adalah hak pasien.
Memberikan obat tanpa merk menciptakan ketergantungan pasien terhadap dokter tsb
karena pasien tidak tahu apa nama obat itu.
bagaimana jika terjadi efek alergi obat pada pasien tsb? Lebih sulit mendeteksi
obat mana yang menimbulkan alergi.
Jika dokter memperbaiki mutu pelayanan kepada pasien, tentu saja jumlah
pasien akan meningkat karena pasien tentu akan mempromosikan dokter tsb dari
mulut ke mulut.
Jika jumlah pasien meningkat, tentu income dari jasa konsultasi meningkat,
sehingga dokter tidak perlu tergantung dari penjualan obat.
Saya yakin, dengan berjalannya waktu, hukum seleksi alam akan terjadi dan dokter
spt itu akan ditinggalkan oleh pasien2nya, karena jumlah dokter semakin
meningkat sehingga pilihan pasien makin banyak.
Jadi jika menemui dokter seperti itu, saya akan mengambil tindakan : bayar saja
biaya konsul, tidak usah ambil obat, lalu pamit pulang. Tidak perlu kembali ke
dokter tsb.
salam,
Melyanti
0818 0868 1974
________________________________
From: Fredy Kurniawan <iai.fredykst@gmail.com>
To: dokter_umum@yahoogroups.com
Sent: Fri, November 5, 2010 6:23:33 PM
Subject: Re: [Dokter Umum] sharing: dokter atau tukang jual obat?
Saya tertarik dgn info ini. Saya domisili di Pontianak, saya bukan dokter dan
hanya pemakai jasa dokter (kebetulan sering membawa ortu/keluarga ke dokter
kalau sakit).
Sepengetahuan saya dulu pernah konsul ke dokter yg spt ini dan rasanya sebel
sekali. Kalau bisa saya terka dari inisialnya (dr.BS), dokter ybs tinggal di
Jl.J***r dgn ciri" kacamata tebal dan perut yg sgt buncit.
Pengalaman buruk saya juga tidak mendapat resep melainkan obat"an tanpa merk dlm
kantong plastik atau strip dan dituliskan etiket 3x1,dsb...
Sekalian tanya utk para dokter dan rr milis , apakah dlm praktek spt itu
dibenarkan dan bgmana menolak hal spt ini?
Sejujurnya saya tidak pernah mau lagi konsul ke dokter ybs stlh kejadian itu
tapi beberapa anggota keluarga msh kesana krn pertimbangan 'dekat rumah'...
Mhon inputnya. Trims
Best Regards,
Fredy K
Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message-----
From: Irene Barus-Henuhili <ijolicious@gmail.com>
Sender: dokter_umum@yahoogroups.com
Date: Thu, 4 Nov 2010 15:51:05
To: <sehat@yahoogroups.com>; dokter_umum<dokter_umum@yahoogroups.com>
Reply-To: dokter_umum@yahoogroups.com
Subject: [Dokter Umum] sharing: dokter atau tukang jual obat?
Dear Docs & rekan milis,
Sekedar mau sharing unek2 saya saja atas kejadian kemarin.
Kemarin sore saya dan suami antar karyawan kami yg sakit. Sebenarnya
sakitnya sih ringan, yaitu pilek, namun karena hampir 2 minggu belum sembuh
juga dan mengganggu kinerya ybs, maka kami inisiatif untuk bawa dia ke
dokter. Saya sendiri baru 1 tahun tinggal di Pontianak dan tidak begitu tahu
mengenai dokter umum yg bagus di sini. Atas info dari suami, akhirnya kami
membawa karyawan ini sebut saja si A ke seorang dokter BS (inisialnya saja
boleh?) yg katanya cukup senior (mungkin dilihat dari umurnya yg paruh
baya).
Begitu masuk ke ruangan dokter, saya cukup takjub melihat di ruang kerja
dokter ada vas bunga, laptop, laci plastik, tv (yg sedang dinyalakan), vcd
player, kipas angin padahal AC sudah berhembus cukup dingin, dan rak2 obat
di sebelah meja dokter tersebut.
Tanpa menanyakan keluhan, dokter menyuruh A untuk berbaring dan diperiksa.
Sebelumnya saya menyuruh A untuk menceritakan sakitnya apa dan keluhannya
apa saja. Setelah diperiksa, kemudian dokter mengatakan bahwa sebaiknya
disuntik saja. Saya merasa aneh, kenapa dokter tidak mengatakan diagnosanya
apa dan langsung memutuskan untuk memberikan suntikan. Saya tanya sama
dokter, 'dok itu suntiknya untuk apa?' Kata dokter, 'untuk mencegah alergi.'
Setelah selesai suntik, saya tanya sama dokter, 'dok bisakah kami minta obat
generik?' Dan mau tau apa jawaban dokter? 'Ngapain kamu ke dokter swasta
tapi minta obat generik? Kalau mau obat generik ya berobat sana di
puskesmas. Kalau sudah tau mau berobat ke sini ya jangan minta obat
generik'. Trus saya bilang 'Tapi kan obat generik ada juga yg bagus dok'.
Lagi2 dokter mengeluarkan statement yg bikin saya kesel dan bener2 sebel,
katanya 'Eh siapa bilang, coba aja kamu berobat ke puskesmas dan pake obat
generik, ngga sembuh2. Ntar malah ke sini2 juga berobatnya'. Saat itu juga
saya langsung hilang respect terhadap dokter yg ada di depan mata saya itu.
Lalu tanpa memberikan resep, dokter itu memberikan obat2 dari lemari obat yg
ada di sebelah mejanya, tidak tanggung2 yg diberikan 3 macam obat, salah
satunya vitamin berlembar2 dengan pesan 'Ini diminum selama 1 bulan ya'.
Astaga, dokter ini kok ya ngasi obat main sebanyak itu? Walaupun itu
vitamin, tapi kalau tidak cocok dengan si A bagaimana? Total jenderal saya
membayar 200rb ditambah hati keki karena omongan si dokter mengenai obat
generik tadi. Saya sendiri tidak keberatan untuk mengeluarkan uang sebanyak
itu untuk pengobatan karyawan kami, tapi yg bikin saya berat adalah omongan
si dokter tadi. Apakah pantas dokter berkata seperti itu mengenai obat
generik. Waktu papa saya dirawat di salah satu RS swasta di Jakarta, waktu
kami nebus obat di bagian farmasi bisa kok minta yg versi generiknya. Memang
tidak semua obat ada obat generiknya, tetapi ketika saya lihat 3 jenis obat
yg diberikan ke si A, ternyata terdiri dari paracetamol 2 strip, amoxicillin
2 strip namun merknya saya tidak perhatikan dengan jelas dan vitamin yg
berlembar2.
Terus terang saya merasa sangat kecewa dengan dokter tersebut. Sudah
dokternya tidak menanyakan keluhan pasien, tidak ada diagnosa apa2, main
kasi obat banyak2. Salah ngga sih kalau saya merasa dokter ini tipe dokter
yg hanya cari duit dari praktek & komisi perusahaan obat? Soalnya dokter ini
ngga kasi resep, tapi dia sendiri yg langsung kasi obatnya. Bahkan di ruang
tunggu, ada meja tempat asistennya meracik obat, sptnya untuk puyer dll.
Email ini sekedar untuk sharing unek2 saya saja sekaligus mau tanya kalau
ada yg tau dokter umum yg RUM di Pontianak, mohon infonya dijapri ke saya.
Rgds,
Irene Barus-Henuhili
--
In this hedonistic nutshell, do what feels good !
[Non-text portions of this message have been removed]
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
[ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.web.id ]Yahoo! Groups Links
[Non-text portions of this message have been removed]
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
[ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.web.id ]Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
dokter_umum-digest@yahoogroups.com
dokter_umum-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
dokter_umum-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/


Tidak ada komentar:
Posting Komentar