Google
 

22 November 2007

Saran Pendidikan Kedokteran


Dear's Rekan Dokter di Milist Dokter Umum,
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera,
Saya anggota baru di milist DU ini, nama saya Arland, domisili di Jakarta, usia 42 Kebetulan salah satu putra saya, tahun ini baru saja masuk di FKG Unpad-Bandung, via SPMB.Sebenarnya sebagai orangtua, saya lebih menyukai putra saya masuk di FK, namun karena nasibnya diterima di FKG, ya apa boleh buat. Namun deminkian, putra saya mengatakan bahwa dia menyukai kedua-duanya. Karena keinginan saya adalah FK, dan putra saya juga suka kedua-duanya, saya pernah ngobrol-ngobrol dengan staf sekretariat di Unpad, bahwa bilamana anaknya mampu, masih ada peluang untuk pindah fakultas, dari FKG ke FK. Sekali lagi asalakan anaknya mampu mengikutinya.


Nah, sekarang saya ingin minta saran dan pendapat para dokter disini, mana yang lebih baik, apakah diteruskan saja di FKG apa pindah ke FK Assumsinya, putra saya mampu mengikuti kedua-duanya.


Arland


hello Arland,
Orang tua berkeinginan utk tentunya menyekolahkan anaknya agar menjadi modal bagi kehidupannya dikemudian hari.Sayangnya terkadang kita salah memilih bagi sang anak, yg kemudian berakir dg pindahnya sang anak kejurusan yg lain yg diluara prediksi atau rencana kita.


Salah satu saudara saya yg kebetulan berpendidikan kedokteran medis, dan menajdi guru besar disalah satu perguruan negri terkemuka merencanakan bagi kedua anak laki2nya agar mengikuti jejaknya bersekolah di kedokteran medis, sayangnya sang anak masuk bukan karena berminat dg pelajaran yg ada, tetapi karena takut kehilangan hak2 seperti uang saku dan fasilitas lsbnya. Hasilnya anak 1 kemudian drop out dlm tahun ke3, dan anak 2 pada tahun 1 langsung pindah ke ekonomi. Anak ke2 kini menajdi dosen pada salah satu perguruan swasta diluar kota, mengikuti jejak ayahnya, tetapi jurusanya berbeda sekalipun, sementara sang kakak akirnya juga mengikuti jejak adiknya dan pindah ke ekonomi juga.


Nah dlm ilustrasi ini sebenarnya bukan saya mau mematahkan semangat anda agar patah arang sebelum dibakar, akan tetapi agar jurusan yg dipilih anak sebaiknya adalah jurusan pembelajaran yg memang menjadi minat dari anak itu sendiri.


Kuliah apa pun, akan bisa diikuti dg baik dan tdk asal memenuhi kemauan org tua, dan tdk asal lolos dari ujian, akan membawa pengetahuan yg baik bagi kehidupan nya.


Saya ingat bahwa saya dulu meninggalkan ususl agar saya juga berkuliah di dunia kedokteran medis, dan saya memasuki perkuliahan yg waktu itu disamping lagi trent, juga disenangi saya elctronic Industry, kemudian dlm selanjutnya toh membawa saya ke dunia health care sebagai seorg doctor non conventional medicinal juga.


Jadi pertimbangan pertama adalah, anak senang mengikuti pelajaran, anak senang dg apa yg diperoleh di perkulihan, anak bisa mengikuti dg pengertian yg baik dan benar, anda bisa diuji dan berhasil bukan sekedar lolos.


Kemudian pertimbangan berikutnya adalah, berpa lamakah kuliah tersebut akan dilangsungkan, apakah kita sebagai org tua sanggub atau masih sanggubkah kita membiayai anak2 tersebut, karena walaupun kita sebut sebagai bekal bagi mereka, tetapi ada org tua yg berpikiran baha kalau sekolah ini akan dapat pemasukan ini dan bisa menjamin roi (return of investman)nya dlm sekian tahun, pada hal dlm kenyataan bisa saja sang anak kemudian megalami sedikit hambatan dan akirnya cukup meleset dari perhitungan utk selesai dlm misalnya 5 tahun menjadi 7 tahun, karena faktor2 emosiuonal, keluarga, penghasilan dlsbnya semuanya akan mempengaruhi kesiapan anak dlm berlanjut dg sekolahnya.


Bila semua pertrimbangan ini dipenuhi dg baik dan menjuruskan anak, apalagi lulus testnya, maka jurusan pilihan yg anda tanyakan kemudian baru bisa kita pikirkan sbb:


1. Dokter umum: dokter memilki atau mempelajari ilmu ttg berbagai kondisi manusia dan gangguan serta penyakit yg perlu ditanggulangi oleh sang dokter nantinya ketika siap terjun kemasyarakat, akan tetapi penaganan manusai yg sakit bukan seperti robot, yg sekedar teorienya begini lalu prakteknya demikian, akan teapi ada berbagai faktor didlamnya seperti faktor2 seni penanganan pasien, seni memberikan terapi, seni menjamah sang pasien sehingga mendatangkan damai dan sugesti kesembuhan, yg kalau mau gampangnya disebut sebagai bakatnya ybs dlm menyembuhkan org yg sakit, bila dlm teori snag anak bisa mengikuti, tetapi dlm seni sang anak kurang mampu, maka munghkin jalur kerja yg akan di pilih bisa menjurus kepada jalur sebagai pengajar atau guru, hanya saja lowongan utk ini mungkin cukup terbatas. Bila sang anak berseni utk menagani pasien, maka rejeki sang anak
tentunya akn baik, karena org yg sakit ditangani akan sembuh dg kegembiraan, dan tentu saja mendatangkan rejeki bagi sang anak, dan i i berarti snag anak bisa berpraktek sebagai dokter umum dg pasien yg cukup banyak sehingga hidupnya bisa terjamin. Jadi sebagai dokter ada 2 jalur kerja yg mungkin bisa ditempuh.Jalur lainnya adalah jalur ikatan dinas pada instansi Abri misalnya atau
menjadi kokter perusahan.


2. Dokter Gigi.
membuat gigi meskipun bisa di subkan ke tukang gigi yg berseni, tetapi kemampuan menagani pasien hampir bisa dikatakan hampir sama dg dokter umum, artinya skil anatomi mulut diperlukan lebih dibandingkan dg skjilnya dokter umum. Bagimana seorg doktergigi bisa mendatangkan pasien apa bila hasil buatan giginya ternyata membuat sang apsien kesakitan bila mengunyah makanan? Skil yg alin adalah skil teknik pencabutan yg menurt saya harus berseni dan snagat berpengaruh bila harus mencabut gigi seorg yg mengalami gangguan. salah satu teman saya pernah bercerita bahwa ketika di AD, ia mesti menangani sekian org dibarak utk dicabut giginya tanpa menimbulkan perdarahan dan rasa sakit karena dlm situasi genting, pencabutan bisa dilakukan tanpa harus disuntik pembiusan lokal. Persoalan lainnya adalah peralatan, meskipun dokter juga membutuhkan peralatan periksa, tetapi dokter gigi mutlak memrlukan meja, dan kursi kerja berserta peralatan bor, tambal, dll, yg harganya tentu tdk murah, belum lagi peralatan xraynya, ultrasonicnya dlsbnya, sebagai penunjang operasionalnya sang Drg.Jadi kalau ditinjau dari modal kerja, maka Drg akan lebih besar dari dr.
Kalau dari sisi mpembelajaran dan seni, maka Drg lebih menjurus hanya jauh lebih teliti ttg gigi mulut, tetapi berseni baik dari sisi dekoratifnya, mau pun dari sisi oprak opreknya, semntara dr umum, baru akan dituntut lebih berseni bila mengambil specialisasi bedah misalnya, atau patah tulang misalnya.


So, banyak pendapat bukan nya makin menjruskan tetapi malah membingungkan mungkin ya? jadi kembali pada sianak, dan cerita saya panjang lebar didepan, karena saya juga ingat bahwa istri saya yg masuk kelas dg jumlah 40 org pada akirnya hanya tersisa 2 org saja yg mampu menjadi dokter dg berbagai kendala.


Semoga ini membantu bukan malah membingungkan.


Dr.(Naturopathy) Ir. Donny Hosea MBA. PhD.



Dear Pak Arland,


Saran saya, sebaiknya anda mendengarkan apa keinginan anak anda, bukan saran dari milist ini loh, karena yang menjalani adl anak anda. Basiclly kedua pilihan tsb sama baiknya, hanya seberapa hal yang perlu anda ketahui :


1. Drg perlu invest alat alat yang cukup mahal utk praktek.


2. dokter umum sekarang sudah banyak, jika ingin lebih baik, harus ambil spesialisasi, yang bisa memakan waktu 3 - 5 thn lagi stlh dokter umum dan biaya yang tidak sedikit.


Selain itu jika drg hanya butuh waktu 5 tahun kuliah sedang dokter umum perlu 6 - 7 tahun kuliah.


Semoga bermanfaat.


- dr. melly -


Tidak ada komentar: